Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerpen

Catatan terakhir...

Bolehkan?

Kusebut kamu dalam doaku di hari Arafah, bolehkan? 

Dibuang sayang~ Part 4

Alif   : "Kulemparki hapenu nah!" (Dengan gaya mengancam, siap melempar ke atas kasur) Saya : Lemparmi kalo berani! (Menatap menantang, dalam hati bilang: nda mungkin berani na lempar. Kalaupun na lempar nda papaji, empukji tempat mendaratnya) Lalu ..... Bruukkk *** Jum'at ba'da subuh, hapeku yang memang sudah rusak dan terlalu lelah itu menyerah. Padahal ia hanya terhempas dari tanganku dengan jarak 5 sentimeter di atas lantai.  Aku sadar, ia sudah cukup menderita dengan keekstrimanku. Jatuh, bangun. Terjatuh, terbangun. Dijatuhkan, dibangunkan, dan terjatuh lagi. Pokoknya berkali-kali. Sering juga kupakai sambil dicharge, atau sampai baterainya low total. Kasus terakhir sebelum hapeku yang setia itu menunjukkan tanda-tanda kesakitannya adalah ketika dilemparkan oleh Alif ke kasur lalu terjatuh. Tidak, lebih tepatnya melompatkan dan menjatuhkan diri dari kasur ke lantai. Saat itulah dua bintik hitam itu muncul. Sedikit saja, kira-kira setengah samp...

Si Gadis Hijau

Cerpen ini kubuat saat duduk di kelas tujuh SMP. Tanggal tepatnya saya tidak ingat, yang jelas naskah asli yang berupa tulisan tanganku kutulis di sebuah buku yang sekarang entah dimana keberadaannya :(  Si Gadis Hijau Di sebuah sekolah, ada dua orang anak yang saling bersahabat. Mereka adalah Intan dan Valen. Sejak awal masuk sekolah, mereka sudah saling bersahabat dan selalu bersama. Sebenarnya, mereka tidak hanya berdua, tetapi berempat. Hanya saja, setelah ospek dan mereka mendapat kelas masing masing, mereka menjadi saling tidak akrab (over mereka -_-' ) Hanya Intan dan Valen saja yang saling bersahabat. Kedua temannya itu bernama Yani dan Ira. Yani memang sekelas dengan Indan dan Valen, yaitu kelas 7.1. Namun, Yani agak sombong karena ia lebih pandai di banding Intan dan Valen. (anak tujuh satu tawwa) Buktinya, Yani mendapat peringkat pertama sekelas 7.1, Intan peringkat lima, dan Valen mendapat peringkat tujuh. Sedangkan Ira berada di 7.10 Sebenarny...

Rimba Scridimere

Kunjungi sumber gambar Melawan dingin yang menembus bulu lebatnya, Jiyeon menerjang dengan kecepatan maksimal. Sesekali melambat jika merasa bohlam peninggalan kerajaan yang dicurinya dari penjara bawah tanah istana hampir lepas dari gigitannya. Kalau bukan karena Ratu Ellen, penguasa rimba Scridimere yang menculik Putri Albed, majikannya, ia takkan rela mengotori bulu halusnya yang terawat siang malam demi menerobos gelapnya hutan itu. Matanya nyalang menatap tikus-tikus yang berlarian, mencoba melawan rasa takut yang kian menggerogoti pikirannya. Apalah yang bisa diandalkan dari kucing betina peliharaan istana sepertinya. Ia terbiasa dimanja dan dibuai. Tanpa tugas, tanpa beban. Semakin jauh, pepohonan ramai membisikkan puja terhadap Ratu Ellen. Semilir angin menyebar bebauan bangkai yang kian menyengat, burung gagak dan burung hantu silih berganti merapal mantra kematian. Jiyeon memejam mendengar aungan serigala dari balik bukit. Tetiba nyalinya menciut, ia hanya me...

Ketika kau tak tahu apa yang hendak kau katakan,....

  sumber gambar: Noor Muslimah Jika kau tak tahu apa yang hendak kau katakan, maka menulislah. Niscaya kau akan tahu kata apa yang tersemat di balik kalbumu. *** Sayup-sayup kumandang syahdu dari toak-toak masjid menyapa pendengaranku. Hening masih setia menemani setelah tadi Mama masuk ke kamar untuk memastikan apa aku tertidur lagi di samping dipan. Alunan ayat suci melantun indah, menyusup hingga pori terkecil dalam raga. Ini  bukan yang pertama kali. Sebab meski kerap bersenandung dengan melodi Korea yang bertengger manis di ponsel -yang sebagian besar tak kuketahui maksud dan tujuannya-, diam-diam, di sudut hening malam, aku kerap mendengar lantunan ayat suci yang meneduhkan lagi menyejukkan.  Lalu aku mulai meratap, bual dan laku salah apa lagi yang telah kulakukan sepanjang hari. Menyesalkan khilaf, merutuk diri, sesekali tertawa -jika teringat kekonyolan-, kadang pula terisak, berjanji takkan melakukannya esok. Menanam dalam hati bahwa penyes...

Apapun dan Adapun:Berjumpa

    Kelas nampak sepi, sedang seseorang di sudutnya tengah berkutat dengan rumah mayanya. Sesekali mengernyit saat melihat hal unik, tak jarang pula senyumnya merekah indah sembari membuka jendela biliknya. Lantas, seseorang mengetuk pintu.      " Assalamu'alaikum "      "Wa'alaikumsalam" Sang tuan mengernyit, mencoba membuka lembaran memorinya, 'siapa tamu ini?'      "Namamu, siapa?" Sang tuan mengernyit, lagi. Jelas-jelas namanya tertera di depan pintu. Aneh , batinnya.      "Tidakkah kau lihat sebelum mengetuk?"      ....      "Ah, iya, maaf." Sang tamu hanya tersenyum kikuk. ~~~