Langsung ke konten utama

Catatan terakhir...

Bolehkan?

Kusebut kamu dalam doaku di hari Arafah, bolehkan? 

Si Gadis Hijau

Cerpen ini kubuat saat duduk di kelas tujuh SMP. Tanggal tepatnya saya tidak ingat, yang jelas naskah asli yang berupa tulisan tanganku kutulis di sebuah buku yang sekarang entah dimana keberadaannya :( 

Si Gadis Hijau


Di sebuah sekolah, ada dua orang anak yang saling bersahabat. Mereka adalah Intan dan Valen. Sejak awal masuk sekolah, mereka sudah saling bersahabat dan selalu bersama. Sebenarnya, mereka tidak hanya berdua, tetapi berempat. Hanya saja, setelah ospek dan mereka mendapat kelas masing masing, mereka menjadi saling tidak akrab (over mereka -_-' ) Hanya Intan dan Valen saja yang saling bersahabat. Kedua temannya itu bernama Yani dan Ira.

Yani memang sekelas dengan Indan dan Valen, yaitu kelas 7.1. Namun, Yani agak sombong karena ia lebih pandai di banding Intan dan Valen. (anak tujuh satu tawwa) Buktinya, Yani mendapat peringkat pertama sekelas 7.1, Intan peringkat lima, dan Valen mendapat peringkat tujuh. Sedangkan Ira berada di 7.10

Sebenarnya Yani tidak sombong, hanya saja pergaulan dengan temannya membuatnya (kedengarannya aneh -_- ) menjadi sombong dan tidak mau berteman dengan Intan dan Valen.

Intan sangat menyukai warna hijau. Oleh karena itu Yani, Lia, dan Sri selalu mengejek Intan. Lia dan Sri adalah nama teman sekelas Intan dan Valen. Mereka berdua selalu menghasut Yani agar tidak berteman dan menjauhi Intan dan Valen. ( tokoh antagonis ceritanya :D )

Sebagian dari barang-barang dan alat sekolah Intan berwarna hijau. Kadang-kadang Valen sendiri heran dengan tingkah laku sahabatnya itu. Dan pada suatu hari Valen memberanikan diri untuk bertanya kepada Valen. (ada dialognya juga ternyata)

"Intan, gue boleh nanya ngga?" tanya Valen 
"Iya, emang Lo mau nanya apa?" tanya Intan balik 
"Tan, kenapa sih lo itu suka banget ama warna hijau?" tanya Valen kepada Intan (yaiyalah pada Intan, mau sama siapa lagi? -_- )
"Emang kenapa kalau gue suka ama warna hijau?" kata Intan, balik bertanya (inimi dibilang cerita ala-ala dongeng sebelum tidur)
"Yah... ngga sich (lagi zamannya ngalay kayanya waktu itu :D) Gue cuma mau tau kenapa Lo itu suka banget ama warna hijau? Pasti ada alasannya kan?" 
"Valen, gue itu suka ama warna hijau karena warna hijau itu adem, ngga bikin sumpek. Lagipula warna hijau itu lambang agama Islam." jawab Intan sambil tersenyum.

"Ooooohhhh... tapi jujur ajha yach, gue itu bosen ngedengerin lo. Hijaaaaau lagi, hijaaaau lagi, hah... Cap cus dech..."
"Eh, Lo itu jangan asal ngomong yach.... Masih mending gue, hijau. Daripada Lo, ungu! Iiiiiih, apaan tuh. Lagian nih yach, gue tuh juga bosen ngedengerin Lo, dikit-dikit ungu, dikit-dikit ungu." (ini dialognya kapan berakhirnya -_-)
"Yeeeh... warna ungu itu bagus lagi, lagian lo napa jadi balik marah ke gue?" kata Valen, jeles. (nda adapi istilah keles-keles waktu itu :D)
"Yang mulai duluan siapa? ELO kan? Wajar dong kalau gue marah." kata Intan. (ELO siapa sih? :D)
"Iya deh, gue minta maaf, lagian kan gue cuma nanya. Gue janji deh, ngga bakalan ngulangin lagi." kata Valen dengan tulus. 
"Awas Lo yach.... kalau ngulangin lagi, gue pecat lo jadi sahabat" Jawab Intan. Bercanda
"Yeee, emang Lo siapanya gue?" tanya Valen (ada lagi -_-)
"Idiiih, gitu aja marah...."

Keesokan harinya, intan datang agak lambat ke sekolah. (Esok harimi cerintanya, berakhirmi dialog aneh nan membosankan. hahaha)


"Tan, kok lama banget sih datengnya? Emang lo abis ngapain?" tanya Valen. (Ada lagi percakapan ala-ala drama anak SD)
"Ah, Lo jangan banyak tanya deh, gue capek nih!" (korokoroanna mamo ini Intan -_-)
"Iiiihhh, ni bovah, kayak nenek lampir aja. Ditanya marah, ditanya marah." kata Valen, jeles. (apakah itu 'jeles'?)
"Gue tuh abis ngejagain so Rama, bawel!" (untung Rama, bukan Rahmah :D)
"Loh, emang ortu Lo kemana? Kondangan?"
"Duh..... Valen, lo itu pengen jadi wartawan yach? Tadi itu ortu gue emang lagi ke kondangan. Udah ah, gue mau belajar dulu, semalam gue ngga belajar." jawab Intan, menerangkan. 
"Tumben-tumbenan Lo rajin banget, ada angin apa nih?" tanya Valen, heran.
"Aduuuuh, Valen cantik, ntar itu kita bakalan ulangan matematika."
"O, iya yah. Kok gue bisa lupa yah?" (Segituji responnya? ckckck, kalau saya yang jadi Valen pasti sudah heboh tujuh keliling -,-)
"Dasar pikun." hina Intan kepada Valen (hina? -_-)

Setelah ulangan, merekapun beristirahat. (tobakka bacai tulisan masa laluku hahaha)

"Len, ntar temenin gue ke toko alat tulis yah..." (sudah tiga segmen: diisi oleh percakapan aneh dan narasi ala drama-drama dalam kelas)
"Gue mau beli pulpen, tip-ex, sama buku gambar" jawab Intan
"Emh, pasti warnanya hikau." tebak Valen.
"Iya dong. Emangnya mau warna apa lagi? Masa gue belinya warna ungu sih?"

Sepulang sekolah merekapun pergi ke toko alat tulis. (-_____________-)

"Len, Lo ke rumah gue dulu yach, karena gue mau nunjukin bukti kalau gue itu suka banget ama warna hijau." pinta Intan.
"Emh, gimana yah? Iya deh." jawab Valen.

Sesampainya di rumah Intan, Intanpun menyuruh Valen masuk ke kamarnya. Tiba-tiba Valen terkejut melihat semua berwarna hijau. (Ah, lebay)

"Tan, gue ngga salah lihat kan? Gila Lo, semua warna hijau." (biasa aja keles -_-)
"Kan gue udah bilang kalau gue pengen nunjukin kalau gue suka banget ama warna hijau."
"Lo itu benar-benar si Gadis Hijau." kata Valen. "Mulai saat ini gue ngga mau manggil kamu dengan sebutan Intan atau siapapun. Tapi SI GADIS HIJAU." (daritadi pake lo gue lo gue end, eh, end-nya malah pake kamu. -_-)

Sejak saat itu Intan mendapatkan julukan SI GADIS HIJAU. 

***

Ahahaha, banyak sekali yang perlu dikoreksi.

Gue cuma mau bilang : 


MANA KONFLIKNYA? 


Maros, 10 Juni 2015

Komentar

  1. Ahahahahaha aku pecinta hijauuuuu,,, sama lagi dong. eh, mana konfliknya??? :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia k' :D serasa hambar. sudah alay, banyak typo, nothing konfik. Dan ternyata itu tulisanku sekian tahun silam_-

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku layak, Aku berharga.

Aku pernah merasa sakit, lebih tepatnya merasa tersakiti. Aku pernah merasa ditinggalkan, padahal aku sendiri yang mundur dengan jelas. Aku pernah merasa tidak berharga. Pertanyaan-pertanyaan penuh duri berkelindan di kepalaku. Apakah aku setidakberharga itu untuk diperjuangkan? Apakah aku setidaklayak itu untuk mendapatkan cinta yang tulus? Kurangku apa? Salahku dimana? Aku sudah belajar dan mengupayakan banyak hal, termasuk hatiku, tapi apa yang aku dapatkan?  Kemudian aku berpikir, sebenarnya validasi dari siapa yang kutunggu? Aku cukup dan aku berharga.  Aku sangat berarti untuk keluargaku, sahabatku, dan orang-orang yang ada di sekelilingku. Bagi diriku sendiri. Dan yang paling penting, aku sangaaaaat dicintai oleh Allah, pemilikku. Tempat pulangku. Amma, orang-orang yang dulu membuatmu menangis sesenggukan hanya tidak sanggup melihat cahayamu yang berkilau. Mereka menutup mata dan menghindar. Mereka menyerah dan memilih pergi tanpa menyelam lebih dulu mencari mutiara yan...

First Page of 2025 : Refleksi 10Tahun Bersama Blog-ku Tercintaaaa!!!!!

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Annyeong ayyuhannas! Mari memulai postingan pertama di 2025 ini dengan menyebut nama Allah. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tathimusshalihat. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Masyaa Allah, Allahumma Bariik. Jujur saja agak speechless dengan judul di atas. Dengan izin Allah 10 tahun lebih dibersamai blog ini, huhuhu terharu :') Suka duka, marah-marah, teriakan gak jelas, puisi, cerpen yang agak alay, sumpah serapah, dan doa-doa pernah kuposting di sini.  Sekira tahun 2012 atau 2013, pertama kali kukenal platform ini: Blogger. Dikenalkan dan diajarkan oleh guru TIK-ku di SMP, Kak Abhe, beberapa kali buat blog, lalu lahirlah blog ini di 2014, terinspirasi dari kakak-kakak FLP CaMar yang waktu itu rata-rata ngepost tulisannya di blog. Lalu di tahun yang sama aku bergabung dengan komunitas blogger pelajar di Maros.  10 tahun bersama, kalau membesarkan anak harusnya sih sudah kelas 4 SD yah. 10 tahun bersama, kalau saja konsisten nge...

Ternyata Aku Pernah Sekecewa Ini

Mama, kupikir aku sedang memulai buku baru dalam hidupku. Ternyata mungkin ini hanya bab baru yang ingin mengajarkanku untuk ikhlas, berserah, dan berpasrah sepenuhnya hanya pada Allah.  Mama, aku ingin bercerita panjang denganmu, ingin bertanya banyak hal tentang hatiku yang kini tak karuan. Mama, ada sesak dalam dadaku yang tak bisa kuungkapkan, tak kutemukan tempat senyaman dirimu untuk bercerita dengan jujur dan lepas. Belakangan, sesak ini makin menyiksa dan membuatku sering menangis saat sedang sendiri, sesaat sebelum tidur, saat mandi, saat makan, bahkan saat sedang berkendara. Aku harus bagaimana Ma? Sudah kubawa perasaan campur aduk ini dalam sujud dan tengadah tangan di malam hening. Setelah puas menangis, kurebahkan tubuhku di atas sajadah. Kuusap-usap lantai yang dingin itu. Duhai, Mamaku yang paling kusayang kini terbaring di bawah tanah, dan entah mengapa dalam posisi ini aku merasa amat dekat dengan Mama. Kadang aku jatuh tertidur, kadang pula tangisku semakin jadi, ...