123 hari sejak nenek berpulang, dan aku masih sering menangis. Di pagi dan siang hari saat aku seorang diri di rumah atau malam sebelum tidur. Banyak hal yang mengingatkanku pada nenek. Ingatan tentang hari-hari terakhir beliau, kebaikan-kebaikannya sepanjang hidupku, dan ketabahannya yang ternyata jauh lebih besar dari yang kuduga. Hatiku sedih dan terenyuh di waktu yang sama. Rasanya sesak, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain mendoakannya. Bagaimana ini? Aku takut rinduku, air mataku, dan perasaan sedih ini jadi menyusahkan beliau di sana. Aku bukannya tidak ikhlas. Aku hanya rindu.. Rindu yang berakhir dengan air mata dan rasa sedih. Ternyata, kehilangan karena kematian adalah luka yang akan dibawa seumur hidup. Bukan karena kita tidak ikhlas, tetapi karena kesadaran bahwa kita tidak akan bertemu lagi di dunia ini. Bahwa kita tidak bisa memeluknya lebih lama. Bahwa kita mulai lupa aroma tubuhnya. Luka itu besar dan menganga, namun tidak terlihat. Entah seratus, ser...
Sekali pernah Kak Autumn bertanya: Memilih menjadi Merkurius yang dekat dengan matahari atau Pluto yang jauh dan akhirnya terlempar dari tata surya?
Lantas kujawab: Merkurius, lah... Sebab bagaimanapun bentuknya, hilang, lalu dilupakan
tidak pernah berwujud nikmat. Lalu kemudian merindu. Ah, merindu itu
selalu menyiksa. So, saya tidak mau jadi Pluto yang terlempar, hilang,
dilupakan, lalu merindu.
***
Begitu pahit rasanya jika harus tersisih, terbuang, sendirian, dan kesepian....
Lihat saja Pluto, kalau saja ia manusia, tentu ia akan menceritakan perasaan hatinya ketika ia dipecat gara-gara peraturan yang dibuat-buat. Ia dilemparkan dari gelar terhormat sebagai planet, diturunkan derajatnya menjadi Asteroid 134340.
Bayangkan saja, bagaimana perasaan Pluto saat ia melangkah gontai, menundukkan kepalanya di sepanjang lorong tata surya dengan perasaan campur aduk. Ketika semua pasang mata mengamati setiap langkahnya yang berjalan menjauh.... Malu, terhina, terasing, marah, hancur....
Mars : Duh, aku lupa, asteroid 13.. apa gitu... susah nyebutnya. Tanya Bumi deh!
Bumi: Asteroid 134340... di Bumi sih 13 itu angka sial!
Pluto menghela napas getir ketika ia mengeluarkan barang-barangnya dari loker. Planet-planet lain dapat berbicara apa saja. Ilmuan bisa menganggapnya apa saja. Terlalu kecil... terlalu jauh... terlalu aneh... Tapi apa mereka tahu bagaimana rasanya bertahan sendirian di ujung tata surya?
[Penggalan Novel TOFI Perburuan Bintang Sirius (Bagian I) hal 95]
***
Tentang Pluto...
Masih saja misterius dan penuh teka-teki
Plu, ini bukan perihal angka 13 yang menjadi bagian darimu,
Sebab, bagaimanapun orang-orang memandangmu dalam ketidakbaikan, angka 13 selalu istimewa untukku.
Plu, tentang lupa dan dilupakan itu, apa kau sudah berhasil melupakan orang-orang yang melupakanmu?
Tentang hilang dan dihilangkan itu, sejujurnya kau benar-benar menyebalkan!Datang tiba-tiba, hilang tiba-tiba, kemudian datang lagi, lantas kabarmu tertelan masa.
Tentang ada dan ditiadakan itu juga, Plu. Terlalu banyak tanya yang mengudara. Dan tetiba kau 'meniadakan' diri.
-Aku belum-
Oh ya, Plu. Bagaimana kabarmu?
Kau punya banyak utang sama saya. Setidaknya tunaikan dulu baru kau menghilang seenaknya. Piutangku juga, masih ada.
Semoga kau baik-baik saja
***
*Oiya, Plu. Ada teman baruku. Namanya Kak An. Tinggal di Pluto juga. Mungkin juga pernah ji bertemu sama kau. Kalau bertemu, salamku nah.
**Oiya, Kak An, kalau bertemu dengan si Plu yang menyebalkan ini, tolong sampaikan kekesalanku. Suruh dia balik lunasi utangnya. Hahaha
***Pernahka jalan-jalan ke Pluto, tapi tidak kudapat apa yang kucari, salah satunya pelangi. Jadi balik lagi ke Bumi. Setidaknya di Bumi masih banyak misi yang perlu diselesaikan, termasuk misi bersama Plu yang melarikan diri.
****Alien di Pluto baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. Kayanya ini yang bikin Plu betah di sana. Karena Pluto menenangkan.
*****Maaf, terjadi kesalahan pada sistem jaringan. Amma lagi error
Maros, 30 Mei 2015

Komentar
Posting Komentar