Kusebut kamu dalam doaku di hari Arafah, bolehkan?
Aku pernah merasa sakit, lebih tepatnya merasa tersakiti. Aku pernah merasa ditinggalkan, padahal aku sendiri yang mundur dengan jelas. Aku pernah merasa tidak berharga. Pertanyaan-pertanyaan penuh duri berkelindan di kepalaku. Apakah aku setidakberharga itu untuk diperjuangkan? Apakah aku setidaklayak itu untuk mendapatkan cinta yang tulus? Kurangku apa? Salahku dimana? Aku sudah belajar dan mengupayakan banyak hal, termasuk hatiku, tapi apa yang aku dapatkan?
Kemudian aku berpikir, sebenarnya validasi dari siapa yang kutunggu? Aku cukup dan aku berharga. Aku sangat berarti untuk keluargaku, sahabatku, dan orang-orang yang ada di sekelilingku. Bagi diriku sendiri. Dan yang paling penting, aku sangaaaaat dicintai oleh Allah, pemilikku. Tempat pulangku.
Amma, orang-orang yang dulu membuatmu menangis sesenggukan hanya tidak sanggup melihat cahayamu yang berkilau. Mereka menutup mata dan menghindar. Mereka menyerah dan memilih pergi tanpa menyelam lebih dulu mencari mutiara yang tersimpan padamu. Kamu tidak kurang sedikit pun. Merekalah yang tidak ditakdirkan untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan lewat dirimu. Barangkali, mereka pun tak berniat membuatmu menangis. Mereka hanya tak berpikir dua kali sebelum berkata dan bertindak. Barangkali, ekspektasimu sendirilah yang menyakitimu: berharap pada manusia.
Tak apa. Menangislah sampai puas, cantik. Lalu usaplah air matamu dan tersenyumlah lagi. Tegakkan kepalamu agar mahkotamu tak jatuh. Kita sudah sejauh ini untuk mengusahakan diri kita. Kejadian itu cukup kita jadikan pelajaran dan diambil hikmahnya. Satu episode tarbiyah dari Allah. Sekarang, mari lanjutkan hidup dengan bahagia dan bersyukur.
Kamu mau hidup lebih sehat? Tak apa, belilah sayur dan buah yang kamu sukai itu walau harganya lebih mahal. Makanlah dengan mindful, katakan bahwa ini adalah bentuk cintaku dengan diriku. Kamu mau tampil indah? Silahkan. Belilah gamis dan khimar yang kamu kagumi itu. Tak apa harganya merogoh tabunganmu yang juga tak seberapa. Lalu berdirilah di depan cermin. Tatap dirimu dan katakan, Masyaa Allah, terima kasih untuk rezeki yang Kau karuniakan Yaa Rabb. BerkatMu aku bisa tampil indah dalam balutan dresswell ini. Lalu kita usahakan me time yang berharga itu. Jalan sendirian menghidu udara pagi , mandi yang lama plus skincare-an, tidur yang berkualitas, jajan buku, baca buku, nonton film, ikut kelas, re-cook resep, sholat sendiri di masjid yang jauh, bertemu teman, dan apa-apa saja yang membuatmu bahagia. Karena kamu layak. Kamu berhak.
Setelah jauh berjalan, bertanya sana sini dan mengusahakan banyak hal, tak apa jika kamu memilih berhenti dan tak melanjutkan perjalanan. Menurutku, keputusan untuk mundur waktu itu sangat tepat, karena kamu tahu batasan dirimu. Kamu tahu apa yang bisa diusahakan dan apa yang tak sanggup kamu ubah. Kamu tahu mana yang bisa dijalani dan mana yang perlu diikhlaskan agar tidak ada yang tersakiti. Terutama, agar kamu tidak disakiti.
Bisa jadi, ini adalah jawaban dari setiap doa yang kau pinta. Kau minta dipalingkan jika itu tidak baik untuk urusan agama, dunia, dan akhiratmu. Maka terjadilah kekecewaan itu. Agar kamu berpaling dan kembali kepada Allah. Esok lusa, tetaplah libatkan Allah dan pikirkan dirimu terlebih dahulu ketika pilihan dan kesempatan lainnya mendatangimu. Tanyakan pada dirimu, apakah kamu nyaman, apakah kamu sanggup, apakah kamu ridha dan ikhlas. Memikirkan orang lain itu penting, dan aku tahu kamu tak ingin orang lain merasakan perasaan sakit dan sedih yang pernah kamu rasakan. Tapi, perasaanmu jauh lebih penting.
Aku ingat, dulu kamu menangis tersedu-sedu di atas sajadah mendoakan kebaikan untuk orang-orang yang mungkin secara tidak sadar membuatmu menangis. Kamu takut perasaan sakit dan sedih itu datang sebagai akibat karena kamu mungkin pernah menyakiti orang lain. Tapi, Amma, sejauh apapun kamu memikirkan perasaan orang lain, pikirkanlah juga dirimu. Kamu sudah banyak berusaha untuk orang lain. Kamu sudah cukup berdoa untuk orang lain. Sesekali, usahakan dan doakanlah juga dirimu. Karena sekali lagi, kamu layak, kamu berharga. Kamu berhak memilih dan memiliki kebahagiaanmu.
Hasbunallahu wa ni'mal wakiil..
Ni'mal maula wa ni'mannashir..
La hawla wa la quwwata illa billah..
*Maros, 17 April 2025
Komentar
Posting Komentar