Hola!!!
Terhitung hingga 10 November 2014 ini, apa yang telah kau lakukan untuk negeri kita?
Adakah yang telah kau persembahkan kepada pahlawan kita selain do'a dan hening cipta?
Meski mereka tak pernah mengharap iba, apalagi balas jasa.
Akupun belum.
***
Selamat Hari Pahlawan Nasional :)
Bila hari pahlawan 10 November identik dengan Pertempuran Surabaya setelah Proklamasi Kemerdekaan, maka hari ini saya ingin membagi cerita tentang pengalamanku setelah mengarungi lembar demi lembar novel bertajuk perjuangan, peperangan, dan tentunya PAHLAWAN. Tentang kisah yang hampir saja tenggelam dalam sejarah-sejarah baru. Tidak pernah ada kata menyesal telah membeli buku yang kutemukan di tumpukan buku bekas dan diskon separuh harga di toko buku, 21 Oktober lalu. Bagiku, pelajaran sejarah itu selalu menarik, penuh misteri, dan hanya orang tertentu saja yang mampu memecahkannya.
Saat geletar-geletar cinta itu tumbuh, genderang perang tiba-tiba terdengar demikian keras dan mengerikan.... |
Gadis Portugis judulnya. Sebuah novel yang kental akan nilai sejarah Kerajaan Gowa karya Mappajarungi Manan, terobosan Penerbit Najah. Tentang Karaeng Caddi dan Elis Pareira.
Pada abad ke enam belas, Kerajaan Gowa mencapai puncak kejayaannya di tangan sang raja besar dan kharismatik, Sultan Hasanuddin.
Di bawah kekuasaannya, Pelabuhan Makassar menjadi bandar internasional yang sangat ramai. Berbagai suku bangsa seperti Portugis, Spanyol, Inggris, Cina, Arab, dan Melayu hidup serta menetap di sana. Kondisi ekonomi kerajaan Gowa demikian makmur.
Dan, tahukah anda bahwa salah satu pahlawan yang berdiri di balik kejayaan tersebut adalah Karaeng Caddi, seorang pemuda pintar dan gagah berani, putra bangsawan Karaeng Pallangga. Kendatipun masih muda, tapi telah beberapa kali ia dipercaya sang Sultan untuk memadamkan pemberontakan di daerah-daerah taklukan Gowa.
Selain ketangkasannya, ia juga luwes bergaul dengan pembesar-pembesar dan konglomerat-konglomerat dari berbagai bangsa. Sampai akhirnya ia dipertemukan dengan putri seorang pembesar dari Portugis yang bernama Elis Pareira. Benih-benih cintapun muncul di antara mereka. saking kuatnya debaran-debaran perasaan tersebut, Karaeng Caddi melanggar batas adat-istiadat yang telah dipegangnya bertahun-tahun dengan melakukan hubungan asmara secara sembunyi-sembunyi.
Lantas, apa yang terjadi kemudian? Terutama saat perang besar meletus antara Gowa dengan Belanda yang dibantu Bone, Butung, Bacan, Tidore, dan Ambon?
-Penggalan Novel Gadis Portugis-
Sudah jelas bukan alur ceritanya. Jadi begini, Karaeng Caddi tengah menjalin kasih dengan seorang gadis portugis, Elis Pareira yang tentu saja melenceng dari kebiasaan leluhurnya. Terlebih ia termasuk Ana Matola, anak dari garis keturunan yang ibu bapaknya bangsawan. Kebimbangan melanda Karaeng Caddi ketika ayahandanya, Karaeng Pallangga ingin mengirimnya untuk menuntut ilmu di Wajo, berguru pada Puang Guru Abdul Fatta. Selain karena alasan kekasihnya, ada rasa dalam dirinya yang bergejolak ingin berada di garis depan pertempuran melawan pasukan Belanda. Namun keraguan itu ditepisnya setelah mempertimbangkan banyak hal, termasuk dukungan dari I Mallombassi Daeng Mattawang Muhammad Bakir Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin.
Tak disangka, setelah kepergiannya ke Wajo, Benjamin Pareira, ayah Elis justru mengungkapkan ketidaksetujuannya akan hubungan Elis dan Karaeng Caddi. Ia tak ingin anaknya dinikahi oleh orang Makassar, sebab tak sedikit bangsawan di Gowa mempunyai istri lebih dari dua. Ia tak mau mengambil resiko jika saja Karaeng Caddi juga seperti itu.
Elis adalah wanita yang cerdas, optimis, dan keras, tapi dalam hal tertentu berubah menjadi sangat lembut dan manja. Dengan penuh kesabaran hati, ia memendam rindu selama Karaeng Caddi menuntut ilmu di Wajo. Begitu pula dengan Karaeng Caddi. Tak ada surat, ponsel, dan teknologi canggih lainnya. Mereka hanya memegang teguh prinsip saling mempercayai. Di Wajo, selain menimba ilmu, ada banyak rintangan yang dihadapi Karaeng Caddi.
Hingga tiba waktunya ia kembali ke tanah Gowa, ia dikejutkan oleh porak-poranda yang disebabkan oleh Pasukan Belanda dan Bone. Tanpa ba-bi-bu, ia segera ikut andil dalam peperangan, bahkan ketika ia belum bertemu dengan orang tua, adik, dan kekasihnya. Kekhawatiran menyergapnya ketika tersiar kabar pasukan Belanda dan sekutunya menggempur Bantaeng yang merupakan lumbung pangan utama Kerajaan Gowa.
Pasukan Karaeng Caddi terus melakukan perlawanan bersama beberapa Karaeng yang ada di Gowa. Dalam pertempuran itu, Karaeng Caddi berhasil menemukan Arung Palakka yang memimpin langsung pasukan Bone. Dan Karaeng Caddi berhasil melukai Arung Palakka.
Kerajaan Gowa benar-benar terjepit. Pasukan Belanda merajalela ingin menguasai. Banyak orang asing yang diusir dari tanah Gowa, termasuk orang tua Elis. Elis tak mampu membendung kesedihannya ketika bertemu kembali dengan Karaeng Caddi.
Lalu sebuah keputusan bulat diambil oleh Karaeng Caddi untuk membawa Elis ke hadapan orang tuanya di tengah kecamuk perang.
Menurutku, klimaks dari kisah ini berada pada penyerangan Belanda di Kerajaan Pallangga, kampung halaman Karaeng Caddi, sementara Karaeng Caddi tengah mengusir pasukan Bone dan Soppeng. Terlambat. Karaeng Caddi terlambat karena ketika ia sampai, istana Pallangga yang menyimpan banyak kenangan itu tinggallah reruntuhan dan sisa bara api. Elis, adiknya, dan kedua orang tuanya ditawan.
Karaeng Caddi murka bagai orang kesurupan. Mengejar musuh yang menawan orang-orang tercintanya.
Beruntung, dari kejauhan, Karaeng Caddi dapat melihat panji-panji perang Balanda. Ia terus berteriak-teriak mempercepat laju kudanya. ia melihat dua tubuh terseret oleh dua ekor kuda.
Ia tak peduli lagi keselamatan adiknya, Andi Basse dan Elis. Ia yakin, yang terseret dengan luka-luka memiriskan itu adalah kedua orang tuanya.
Andi Basse tak tahan melihat kedua tubuh orang tuanya. Ibunya telah meninggal dunia. Sementara ayahnya juga tengah sekarat.
Selanjutnya.....
Silakan baca sendiri. Silakan menerka. Ini bukan roman picisan belaka. Ini tentang kita, seluk beluk daerah kita.
Ada geletar-geletar rindu dalam gelegar perang yang sama-sama dahsyat dalam novel ini!
Inilah novel yang berhasil meramu unsur heroisme dan cinta dalam setting sejarah Makassar dengan sangat menarik!
***
Siapa bilang pelajaran sejarah membosankan? Siapa bilang sejarah itu masa lalu yang harus dilupakan?
Sekali lagi, Selamat Hari Pahlawan
Jangan hanya sekedar lisan, buktikan tindakanmu!
Saya Bangga Jadi Anak Indonesia!
Maros, 101114
Komentar
Posting Komentar