Langsung ke konten utama

Catatan terakhir...

Surat untuk Kak Iis yang jauuuh di sana

Hai kak! Di dunia lagi banyak trend baru loh.  Dulu tuh, camping, mendaki, menurutku sesuatu yg susah buat dilakuin, tapi hari-hari ini jadi sering lihat postingan orang-orang lagi hiking, wisata alam juga makin banyak yang bisa di-explore. Terus ada juga trend jogging yang saking nge-trend-nya tuh sampai ada jokinya kak. Joki strava namanya, orang lain yang lari, tapi kita yg ngeklaim dan posting pace strava-nya wkwk. Trend tiktok yang dari dulu memang sudah ada, sekarang makin banyak gayanya. Dari yang stecu-stecu, velocity, hmm apa lagi di', banyak dek pokoknya. Kayaknya tiap bulan tuh, adaaa aja trend tiktokan baru. Terus ini yang paling canggih menurutku kak, AI. Dibaca ei-ai. Semacam google tapi dia lebih hebat, bahkan bisa visualisasikan gambar dan video cuma dari deksripsi yang kita ketik. Agak ngeri dikit sih yah kalau di tangan orang yang salah. Di IG ku juga sering muncul isu-isu mental health, makin banyak orang yang aware. Terus, kalau dulu kita cuma tahu empat jenis k...

Another Grief Journey




Tidak pernah kusangka kalau aku akan menulis grief journey lagi secepat ini. Perjalanan ditinggal mama belum sembuh, lalu aku harus mengalami kehilangan sekali lagi. Nenekku yang kusayang, yang membesarkanku sejak kecil, rumah tempat pulangku, sekali lagi  harus kulepas dengan ikhlas. Parepare, 27 Juni 2025, di rumah sakit tempat lahirku, aku menangis ditinggal nenekku lebih dulu.

Tidak pernah ada yang bilang kalau fase berduka itu panjang dan melelahkan. Tidak pernah ada yang bilang bahwa pengalaman berduka itu tidak mengurangi sedikitpun sakit di fase berduka selanjutnya.  Nyatanya, dari satu kehilangan ke kehilangan lainnya hanya akan menambah dalam lubang besar di hati. Satu-satunya obat yang bisa jadi penawar adalah kesadaran bahwa dunia memang tempat yang sementara. Sebesar apapun cinta yang kita miliki, sekuat apapun kita menggenggam, sebanyak apapun harta yang bisa dipertaruhkan, kalau Allah bilang waktunya pulang, maka terjadilah.

Tanpa pertolongan Allah, kita tidak bisa apa-apa. Tapi Allah, rasanya sakit sekali. Bahkan semakin berkali lipat setiap kali aku menyadari bahwa dua perempuan tempatku meminta didoakan kini tidak ada lagi. Dua perempuan tempatku merengek, yang bisa kupeluk sesuka hatiku, kini hanya bisa kupeluk lewat doa. Aku... rindu keduanya. Rindu menjahili dan membuat mereka tertawa. Aku rindu perhatian mereka.

Setiap kali aku sendiri, selalu teringat nenek mama dengan senyumnya yang malu-malu. Nenekku yang paling perhatian. Nenek yang mengikat rambutku sebelum berangkat sekolah, nenek yang memberiku uang tabungan setiap beliau pulang dari sawah. Nenekku yang ikut begadang tiap kali aku sakit. Nenek teman tidurku bertahun-tahun. Nenek yang setia menungguku di depan wc dan dengan sabarnya menceboki saat tangan kiriku sakit. Nenek yang tiap kali aku pulang selalu menyiapkan tempat tidurku, menggantungkan kelambu, memberiku sarung, dan tiap tengah malam selalu mengecek tidurku, membetulkan sarung yang tersingkap. Nenekku si paling dana daruratku,  yang bahkan di akhir hidupnya masih memberiku uang saku. Aku rinduuuuu sekaliiiii. Yang tiap aku pulang, atau saat cuma bisa telponan selalu bilang, "purano manre?", "lao no manre nak", bahkan di rumah sakit saat hari-hari terakhirnya, masih sempat menyuruh tanteku pulang memasakkan makanan untukku.

Terima kasih yaa Allah untuk kasih sayang yang Engkau berikan lewat nenekku. Terima kasih untuk tiga pekan yang Engkau beri agar kami bisa merawat nenek mama, tiga pekan agar kami bisa berulang kali meminta maaf sama beliau. Alhamdulillah untuk tiga pekan yang semoga Engkau jadikan sebagai penghapus dosa-dosa nenekku. Aku bersaksi, nenekku orang yang baik, orang yang sabar, dan tidak pernah mengusik orang lain. Beliau adalah orang paling tulus yang pernah kulihat. Beliau susah payah 7x mengandung, berlelah-lelah melahirkan dan membesarkan empat anak yang lebih banyak dilaluinya seorang diri. Tolong hadiahkan surga tanpa hisab atas kesabarannya. Tolong ridhai nenekku dengan kasih sayangMu. Atas semua kelelahan yang dilaluinya di dunia ini, istirahatkanlah nenekku di alam barzakh dengan tenang dan nyaman. Bukakanlah pintu surga di dalam kuburnya, dan nampakkanlah surga itu padanya. Tolong yaa Rabb, bebaskan nenekku dari siksa dan fitnah kubur. Jauhkanlah dari lubang-lubang neraka. Jadikanlah tiap helai uban di kepalanya sebagai cahaya di dalam kuburnya. Tugasnya di dunia telah selesai, tapi semoga kami anak cucunya akan selalu menjadi penerus kebaikannya, menjadi amal jariyah untuknya.

Terima kasih yaa Allah telah menampakkan banyak tanda husnul khatimah pada nenekku. Semoga beliau benar Engkau wafatkan dalam keadaan husnul khatimah, di hari jumat 1 Muharram 1447H dan dalam keadaan sakit perut. Beliau pulang dalam keadaan yang insyaa Allah tidak memiliki hutang, bahkan hutang puasanya di bulan ramadhan pun telah beliau ganti. Beliau pergi dengan tenang, di luar kehendak dan kemampuan kami yang lemah ini. Terimalah iman islam dan ibadah nenek mamaku.

Aku rindu, aku sedih, tapi aku ikhlas yaa Rabb. Kami saling mencintai, saling menyayangi, tapi aku yakin Engkaulah yang paling cinta dan paling sayang kepada kami. Maka, apapun takdir yang Engkau tetapkan, aku yakin itu adalah bentuk cintaMu kepada kami. Tolong lapangkan hati-hati kami yang ditinggalkan. Tolong sembuhkan luka dan duka ini. Jangan biarkan kesedihan yang berkepanjangan membuat kami jauh dariMu. Tolong ganti kesedihan ini dengan caraMu yang indah. Tolong satukan kami kembali kelak di surgaMu. Semoga sampai salamku untuk mama yang kutitipkan pada nenek mamaku.


Allahummaghfirlaha warhamha wa'afiha wa'fuanha.

Maros, 09 Juli 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Page of 2025 : Refleksi 10Tahun Bersama Blog-ku Tercintaaaa!!!!!

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Annyeong ayyuhannas! Mari memulai postingan pertama di 2025 ini dengan menyebut nama Allah. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tathimusshalihat. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Masyaa Allah, Allahumma Bariik. Jujur saja agak speechless dengan judul di atas. Dengan izin Allah 10 tahun lebih dibersamai blog ini, huhuhu terharu :') Suka duka, marah-marah, teriakan gak jelas, puisi, cerpen yang agak alay, sumpah serapah, dan doa-doa pernah kuposting di sini.  Sekira tahun 2012 atau 2013, pertama kali kukenal platform ini: Blogger. Dikenalkan dan diajarkan oleh guru TIK-ku di SMP, Kak Abhe, beberapa kali buat blog, lalu lahirlah blog ini di 2014, terinspirasi dari kakak-kakak FLP CaMar yang waktu itu rata-rata ngepost tulisannya di blog. Lalu di tahun yang sama aku bergabung dengan komunitas blogger pelajar di Maros.  10 tahun bersama, kalau membesarkan anak harusnya sih sudah kelas 4 SD yah. 10 tahun bersama, kalau saja konsisten nge...

Aku layak, Aku berharga.

Aku pernah merasa sakit, lebih tepatnya merasa tersakiti. Aku pernah merasa ditinggalkan, padahal aku sendiri yang mundur dengan jelas. Aku pernah merasa tidak berharga. Pertanyaan-pertanyaan penuh duri berkelindan di kepalaku. Apakah aku setidakberharga itu untuk diperjuangkan? Apakah aku setidaklayak itu untuk mendapatkan cinta yang tulus? Kurangku apa? Salahku dimana? Aku sudah belajar dan mengupayakan banyak hal, termasuk hatiku, tapi apa yang aku dapatkan?  Kemudian aku berpikir, sebenarnya validasi dari siapa yang kutunggu? Aku cukup dan aku berharga.  Aku sangat berarti untuk keluargaku, sahabatku, dan orang-orang yang ada di sekelilingku. Bagi diriku sendiri. Dan yang paling penting, aku sangaaaaat dicintai oleh Allah, pemilikku. Tempat pulangku. Amma, orang-orang yang dulu membuatmu menangis sesenggukan hanya tidak sanggup melihat cahayamu yang berkilau. Mereka menutup mata dan menghindar. Mereka menyerah dan memilih pergi tanpa menyelam lebih dulu mencari mutiara yan...

Ternyata Aku Pernah Sekecewa Ini

Mama, kupikir aku sedang memulai buku baru dalam hidupku. Ternyata mungkin ini hanya bab baru yang ingin mengajarkanku untuk ikhlas, berserah, dan berpasrah sepenuhnya hanya pada Allah.  Mama, aku ingin bercerita panjang denganmu, ingin bertanya banyak hal tentang hatiku yang kini tak karuan. Mama, ada sesak dalam dadaku yang tak bisa kuungkapkan, tak kutemukan tempat senyaman dirimu untuk bercerita dengan jujur dan lepas. Belakangan, sesak ini makin menyiksa dan membuatku sering menangis saat sedang sendiri, sesaat sebelum tidur, saat mandi, saat makan, bahkan saat sedang berkendara. Aku harus bagaimana Ma? Sudah kubawa perasaan campur aduk ini dalam sujud dan tengadah tangan di malam hening. Setelah puas menangis, kurebahkan tubuhku di atas sajadah. Kuusap-usap lantai yang dingin itu. Duhai, Mamaku yang paling kusayang kini terbaring di bawah tanah, dan entah mengapa dalam posisi ini aku merasa amat dekat dengan Mama. Kadang aku jatuh tertidur, kadang pula tangisku semakin jadi, ...