Langsung ke konten utama

Catatan terakhir...

Bolehkan?

Kusebut kamu dalam doaku di hari Arafah, bolehkan? 

Sebuah Pertemuan

“Allahumma innii as-aluka khoirol mauliji wa khoirol makhroji
bismillaahi wa lajnaa wa bismillaahi khorojnaa 
wa’alallohi robbina tawakkalnaa”

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, blogku tercinta, terkasih, tersayang,  dan terabaikan. Tak apa kan jika kuawali perjumpaan kita tahun ini dengan doa sebelum masuk rumah,  hehehe. Sudah lama sekali aku tidak mengunjungimu. Lihat, kamu penuh debu dan uh,  ada banyak sarang laba-laba di sana ckckck.

Maafkan Amma yah karena sudah terlalu jauh melangkah tanpa pernah berbagi lagi sama kamu. Aku selalu ingat kok sama kamu,  hanya saja setiap kali mau menulis, entah kenapa selalu ada pikiran kedua yang seakan bilang,

"tidak usah dituliskan,  lebih baik kamu simpan saja sendiri"

Itu salah satu suara paling egois dan resek yang sering kali kudengar dari dalam hati, lebih parah lagi,  kadang disertai banyak rutukan, jadinya kuurungkan untuk berbagi denganmu.

Sudah lewat pertengahan 2019, satu semester andai kita di sekolah. Pun di tahun sebelumnya aku menyembunyikan banyak hal sama kamu. Padahal, kalau dipikir-pikir, kamu jauh lebih sabar dari semua temanku, dan terpenting,  kamu adalah pendengar setia tanpa perlu banyak bertanya, tanpa perlu melempar ekspresi tak setuju atau raut tidak mengerti. Kamu tidak banyak protes, bahkan tak pernah sama sekali. Kamu bisa menampung segalanya,  meski Allah tentu tempat yang paling utama untukku berkeluh kesah, berbagi cerita, dan tempatku kembali.

Kamu tahu tidak,  berkali-kali aku berpikir nama apa yang tepat kuberikan untukmu,  biar nanti kita aku bisa lebih enak ngobrolnya, ada panggilan sayang tanpa perlu bilang blogku-blogku lagi :D

Allamanda, Guajava, Psidium, Cathartica, Tulipa, Zindagi, hmm.. apalagi yaa nama yang bagus untukmu? Kenapa pula aku ini tidak sekreatif orang-orang di luar sana dalam memberimu nama? Tetapi, kemudian aku berpikir lagi, apa aku benar-benar membutuhkan sebuah nama untukmu, sedang sejauh ini aku nyaman-nyaman saja berbagi banyak cerita denganmu walau tanpa nama. 

Seperti saat ini, ketika kurasa rindu padamu sudah sampai diubun-ubun, gatal di jemariku sudah tak sanggup lagi kubendung, juga berbagai sampah dan sumpah serapah sudah tumpah-tumpah dalam pikiranku. Tapi tenang saja, aku tak menganggapmu sebagai tong sampah kok, kali ini aku ingin berbagi tentang sebuah pertemuan dengan seseorang yang tak kuduga, sekaligus perkenalan yang tak tuntas. 

Intinya, ada bahagia dan rasa syukur dalam hatiku karena bisa menahan segala rasa dan kecamuk dalam dada hingga bisa sampai di titik ini. Titik berbagi kebahagian dengan kamu lagi. Catat tanggalnya yaa, satu juli dua ribu sembilan belas. Bertemu tanpa diduga, berkenalan walau tak tuntas, tapi aku bahagia dan percaya apa yang kuanggap tak terduga dan tak tuntas ini sudah ditulis dengan apik oleh Sang Maha Pemilik Skenario semesta. Karena itu, aku berdoa kepada Allah, semoga dia termasuk salah satu orang baik yang Allah takdirkan untukku. Semoga setiap niat dan tindakan bermuara kepada kebaikan. Semoga setiap perjumpaan Allah ridhoi dan limpahi dengan hidayah. Semoga setiap perbuatan mendatangkan cinta dan rahmat Allah. Aamiin... Aamiin yaa mujibassailin...

***

Karena kamu adalah salah satu caraku berbahagia dan menyayangi diriku sendiri. (to: blogku)
Maros, 01 Juli 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku layak, Aku berharga.

Aku pernah merasa sakit, lebih tepatnya merasa tersakiti. Aku pernah merasa ditinggalkan, padahal aku sendiri yang mundur dengan jelas. Aku pernah merasa tidak berharga. Pertanyaan-pertanyaan penuh duri berkelindan di kepalaku. Apakah aku setidakberharga itu untuk diperjuangkan? Apakah aku setidaklayak itu untuk mendapatkan cinta yang tulus? Kurangku apa? Salahku dimana? Aku sudah belajar dan mengupayakan banyak hal, termasuk hatiku, tapi apa yang aku dapatkan?  Kemudian aku berpikir, sebenarnya validasi dari siapa yang kutunggu? Aku cukup dan aku berharga.  Aku sangat berarti untuk keluargaku, sahabatku, dan orang-orang yang ada di sekelilingku. Bagi diriku sendiri. Dan yang paling penting, aku sangaaaaat dicintai oleh Allah, pemilikku. Tempat pulangku. Amma, orang-orang yang dulu membuatmu menangis sesenggukan hanya tidak sanggup melihat cahayamu yang berkilau. Mereka menutup mata dan menghindar. Mereka menyerah dan memilih pergi tanpa menyelam lebih dulu mencari mutiara yan...

First Page of 2025 : Refleksi 10Tahun Bersama Blog-ku Tercintaaaa!!!!!

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Annyeong ayyuhannas! Mari memulai postingan pertama di 2025 ini dengan menyebut nama Allah. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tathimusshalihat. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Masyaa Allah, Allahumma Bariik. Jujur saja agak speechless dengan judul di atas. Dengan izin Allah 10 tahun lebih dibersamai blog ini, huhuhu terharu :') Suka duka, marah-marah, teriakan gak jelas, puisi, cerpen yang agak alay, sumpah serapah, dan doa-doa pernah kuposting di sini.  Sekira tahun 2012 atau 2013, pertama kali kukenal platform ini: Blogger. Dikenalkan dan diajarkan oleh guru TIK-ku di SMP, Kak Abhe, beberapa kali buat blog, lalu lahirlah blog ini di 2014, terinspirasi dari kakak-kakak FLP CaMar yang waktu itu rata-rata ngepost tulisannya di blog. Lalu di tahun yang sama aku bergabung dengan komunitas blogger pelajar di Maros.  10 tahun bersama, kalau membesarkan anak harusnya sih sudah kelas 4 SD yah. 10 tahun bersama, kalau saja konsisten nge...

Ternyata Aku Pernah Sekecewa Ini

Mama, kupikir aku sedang memulai buku baru dalam hidupku. Ternyata mungkin ini hanya bab baru yang ingin mengajarkanku untuk ikhlas, berserah, dan berpasrah sepenuhnya hanya pada Allah.  Mama, aku ingin bercerita panjang denganmu, ingin bertanya banyak hal tentang hatiku yang kini tak karuan. Mama, ada sesak dalam dadaku yang tak bisa kuungkapkan, tak kutemukan tempat senyaman dirimu untuk bercerita dengan jujur dan lepas. Belakangan, sesak ini makin menyiksa dan membuatku sering menangis saat sedang sendiri, sesaat sebelum tidur, saat mandi, saat makan, bahkan saat sedang berkendara. Aku harus bagaimana Ma? Sudah kubawa perasaan campur aduk ini dalam sujud dan tengadah tangan di malam hening. Setelah puas menangis, kurebahkan tubuhku di atas sajadah. Kuusap-usap lantai yang dingin itu. Duhai, Mamaku yang paling kusayang kini terbaring di bawah tanah, dan entah mengapa dalam posisi ini aku merasa amat dekat dengan Mama. Kadang aku jatuh tertidur, kadang pula tangisku semakin jadi, ...