source: iamdeewallace.com |
Naik kelas sembilan, belajar baca novel gara-gara tugas resensi Bahasa Indonesia. Belajar Nge-Blog juga di TIK. Tahu TIK kan? Teknologi Informasi dan Komunikasi. Di pelajaran ini aku exited banget pokoknya, gurunya juga keren plus asyik bangetlah untuk anak esempe seumuran aku dulu, haha. Duh, jadi inget lagi kan sama gurunya :D Masih ada satu janjiku yang belum tertunaikan *maafin yaa Kak Abhe, Amma inget kok hehe... Nah dari pelajaran TIK itu, tetiba pengen jadi anak SMK. Tetiba pengen daftar di jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) atau setidaknya RPL (Rekayasa Perangkat Lunak) aja lah, soalnya di TKJ katanya jarang ada cewek yang daftar. Sejenak lupa dengan cita-cita daftar jurusan IPS di salah satu SMA ternama di Maros. Pernah kepikiran juga untuk jadi penulis, sayangnya waktu itu belum ada jurusan bahasa. Deuh, labil banget yak Amma ini :D
Terus, terus, gimana ceritanya malah jadi anak farmasi?
Panjang ceritanya. Tapi intinya kurang lebih seperti ini. Jadi kan ya, pas teman-temanku lagi sibuk-sibuknya daftar di SMA-SMA favorit, aku malah nungguin pendaftaran SMK dibuka. Hilang sudah minat jadi anak SMA. Pokoknya waktu itu doktrin di kepalaku adalah SMK Bisa! Hahaha.... Terus saking nyantainya, ndak daftar dimana-mana, barulah mama-bapak bertanya mau lanjut dimana. Singkat cerita, setelah tersampaikan ke mama dan bapak, mereka sih yes yes aja, meski sempat kaget di awal cerita. Beruntung, mama dan bapak sejauh ini selalu mendukung keputusanku. Bagi mereka, selagi itu baik why not. Terus bapak kasih saran, kurang lebih kayak gini, khem khem... "Kalau mau jadi anak SMK, lebih baik ambil farmasi saja, kayak tante kamu dulu. Kalau komputer, sudah banyak saingannya. Toh biar ndak kamu sekolahi bisa ji dipelajari sendiri." Lalu...
here I am as a pharmacy student
Selama sembilan tahun sekolah, tak pernah sekalipun terpikirkan untuk mengambil bidang studi sains. Pun, ketika bapak menyarankanku untuk memilih farmasi, tak pernah sekalipun terbayang bahwa ternyata di farmasi akan kupelajari yang namanya kimia, anatomi, mikrobiologi, dan segala ilmu lainnya. Benar-benar di luar dugaan. Sebuah keterkejutan yang membuatku jatuh hati dan frustasi di waktu yang sama hahaha... Tetapi, sekali lagi, qadarullah, seperti itulah ketetapannya. Tak ada yang kebetulan bagi-Nya.
***
Cita-citaku banyak. Banyak yang tercapai, banyak pula yang tinggal kenangan. Ada yang sedang kuperjuangkan, banyak pula yang sudah kuikhlaskan. Toh, sudah kodratnya berikhtiar, hasil akhir biar dibalas sama Allah.
Tak banyak yang tahu berapa doa-doa yang terijabah. Betapa banyak doa-doa yang digantikan dengan yang jauh lebih baik. Pun, betapa banyak doa yang Allah simpan untuk diberikan pada waktu yang tepat. Jadi, apa sebenarnya yang harus dirisaukan dari cita-cita?
***
Late post,
Landak Baru, 10 Desember 2018.
Komentar
Posting Komentar