Langsung ke konten utama

Catatan terakhir...

Bolehkan?

Kusebut kamu dalam doaku di hari Arafah, bolehkan? 

D-5 : Cita-Cita

source: iamdeewallace.com 

Waktu kecil cita-citaku ada tiga. Mau jadi guru, dokter, sama polwan. Pokoknya harus tercapai salah satunya. Beranjak SMP suka banget sama pelajaran sejarah. Hampir setiap hari ke perpustakaan untuk baca kumpulan cerpen dan buku-buku sejarah pahlawan. Lalu tiba-tiba pengen jadi sejarawan. Pernah, kira-kira kelas tujuh atau delapan, ada tugas Bahasa Indonesia, bercerita tentang idola. Temanku banyak yang mengidolakan aktor dan musisi Korea. Ada pula yang mengidolakan Rasulullah, seriusan, masyaa Allah banget dia mah. Namanya Nur. Duh, jadi ingat dia. Kutitip satu rindu untuk Nur dalam catatan ini. Sedang aku menceritakan tentang R.A Kartini di depan guruku, ya memang waktu itu sedang tidak mengidolakan siapa-siapa selain tokoh-tokoh pahlawan yang sudah kubaca kisahnya di perpus. Pokoknya kelas tujuh-delapan demam banget sama sejarah.

Naik kelas sembilan, belajar baca novel gara-gara tugas resensi Bahasa Indonesia. Belajar Nge-Blog juga di TIK. Tahu TIK kan? Teknologi Informasi dan Komunikasi. Di pelajaran ini aku exited banget pokoknya, gurunya juga keren plus asyik bangetlah untuk anak esempe seumuran aku dulu, haha. Duh, jadi inget lagi kan sama gurunya :D Masih ada satu janjiku yang belum tertunaikan *maafin yaa Kak Abhe, Amma inget kok hehe... Nah dari pelajaran TIK itu, tetiba pengen jadi anak SMK. Tetiba pengen daftar di jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) atau setidaknya RPL (Rekayasa Perangkat Lunak) aja lah, soalnya di TKJ katanya jarang ada cewek yang daftar. Sejenak lupa dengan cita-cita daftar jurusan IPS di salah satu SMA ternama di Maros. Pernah kepikiran juga untuk jadi penulis, sayangnya waktu itu belum ada jurusan bahasa. Deuh, labil banget yak Amma ini :D 

Terus, terus, gimana ceritanya malah jadi anak farmasi? 

Panjang ceritanya. Tapi intinya kurang lebih seperti ini. Jadi kan ya, pas teman-temanku lagi sibuk-sibuknya daftar di SMA-SMA favorit, aku malah nungguin pendaftaran SMK dibuka. Hilang sudah minat jadi anak SMA. Pokoknya waktu itu doktrin di kepalaku adalah SMK Bisa! Hahaha.... Terus saking nyantainya, ndak daftar dimana-mana, barulah mama-bapak bertanya mau lanjut dimana. Singkat cerita, setelah tersampaikan ke mama dan bapak, mereka sih yes yes aja, meski sempat kaget di awal cerita. Beruntung, mama dan bapak sejauh ini selalu mendukung keputusanku. Bagi mereka, selagi itu baik why not. Terus bapak kasih saran, kurang lebih kayak gini, khem khem... "Kalau mau jadi anak SMK, lebih baik ambil farmasi saja, kayak tante kamu dulu. Kalau komputer, sudah banyak saingannya. Toh biar ndak kamu sekolahi bisa ji dipelajari sendiri." Lalu...

here I am as a pharmacy student

Selama sembilan tahun sekolah, tak pernah sekalipun terpikirkan untuk mengambil bidang studi sains. Pun, ketika bapak menyarankanku untuk memilih farmasi, tak pernah sekalipun terbayang bahwa ternyata di farmasi akan kupelajari yang namanya kimia, anatomi, mikrobiologi, dan segala ilmu lainnya. Benar-benar di luar dugaan. Sebuah keterkejutan yang membuatku jatuh hati dan frustasi di waktu yang sama hahaha... Tetapi, sekali lagi, qadarullah, seperti itulah ketetapannya. Tak  ada yang kebetulan bagi-Nya. 
***

Cita-citaku banyak. Banyak yang tercapai, banyak pula yang tinggal kenangan. Ada yang sedang kuperjuangkan, banyak pula yang sudah kuikhlaskan. Toh, sudah kodratnya berikhtiar, hasil akhir biar dibalas sama Allah. 

Tak banyak yang tahu berapa doa-doa yang terijabah. Betapa banyak doa-doa yang digantikan dengan yang jauh lebih baik. Pun, betapa banyak doa yang Allah simpan untuk diberikan pada waktu yang tepat. Jadi, apa sebenarnya yang harus dirisaukan dari cita-cita? 
***
Late post,
Landak Baru, 10 Desember 2018. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku layak, Aku berharga.

Aku pernah merasa sakit, lebih tepatnya merasa tersakiti. Aku pernah merasa ditinggalkan, padahal aku sendiri yang mundur dengan jelas. Aku pernah merasa tidak berharga. Pertanyaan-pertanyaan penuh duri berkelindan di kepalaku. Apakah aku setidakberharga itu untuk diperjuangkan? Apakah aku setidaklayak itu untuk mendapatkan cinta yang tulus? Kurangku apa? Salahku dimana? Aku sudah belajar dan mengupayakan banyak hal, termasuk hatiku, tapi apa yang aku dapatkan?  Kemudian aku berpikir, sebenarnya validasi dari siapa yang kutunggu? Aku cukup dan aku berharga.  Aku sangat berarti untuk keluargaku, sahabatku, dan orang-orang yang ada di sekelilingku. Bagi diriku sendiri. Dan yang paling penting, aku sangaaaaat dicintai oleh Allah, pemilikku. Tempat pulangku. Amma, orang-orang yang dulu membuatmu menangis sesenggukan hanya tidak sanggup melihat cahayamu yang berkilau. Mereka menutup mata dan menghindar. Mereka menyerah dan memilih pergi tanpa menyelam lebih dulu mencari mutiara yan...

First Page of 2025 : Refleksi 10Tahun Bersama Blog-ku Tercintaaaa!!!!!

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Annyeong ayyuhannas! Mari memulai postingan pertama di 2025 ini dengan menyebut nama Allah. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tathimusshalihat. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Masyaa Allah, Allahumma Bariik. Jujur saja agak speechless dengan judul di atas. Dengan izin Allah 10 tahun lebih dibersamai blog ini, huhuhu terharu :') Suka duka, marah-marah, teriakan gak jelas, puisi, cerpen yang agak alay, sumpah serapah, dan doa-doa pernah kuposting di sini.  Sekira tahun 2012 atau 2013, pertama kali kukenal platform ini: Blogger. Dikenalkan dan diajarkan oleh guru TIK-ku di SMP, Kak Abhe, beberapa kali buat blog, lalu lahirlah blog ini di 2014, terinspirasi dari kakak-kakak FLP CaMar yang waktu itu rata-rata ngepost tulisannya di blog. Lalu di tahun yang sama aku bergabung dengan komunitas blogger pelajar di Maros.  10 tahun bersama, kalau membesarkan anak harusnya sih sudah kelas 4 SD yah. 10 tahun bersama, kalau saja konsisten nge...

Ternyata Aku Pernah Sekecewa Ini

Mama, kupikir aku sedang memulai buku baru dalam hidupku. Ternyata mungkin ini hanya bab baru yang ingin mengajarkanku untuk ikhlas, berserah, dan berpasrah sepenuhnya hanya pada Allah.  Mama, aku ingin bercerita panjang denganmu, ingin bertanya banyak hal tentang hatiku yang kini tak karuan. Mama, ada sesak dalam dadaku yang tak bisa kuungkapkan, tak kutemukan tempat senyaman dirimu untuk bercerita dengan jujur dan lepas. Belakangan, sesak ini makin menyiksa dan membuatku sering menangis saat sedang sendiri, sesaat sebelum tidur, saat mandi, saat makan, bahkan saat sedang berkendara. Aku harus bagaimana Ma? Sudah kubawa perasaan campur aduk ini dalam sujud dan tengadah tangan di malam hening. Setelah puas menangis, kurebahkan tubuhku di atas sajadah. Kuusap-usap lantai yang dingin itu. Duhai, Mamaku yang paling kusayang kini terbaring di bawah tanah, dan entah mengapa dalam posisi ini aku merasa amat dekat dengan Mama. Kadang aku jatuh tertidur, kadang pula tangisku semakin jadi, ...