Langsung ke konten utama

Catatan terakhir...

Bagaimana ini (2)

123 hari sejak nenek berpulang, dan aku masih sering menangis. Di pagi dan siang hari saat aku seorang diri di rumah atau malam sebelum tidur. Banyak hal yang mengingatkanku pada nenek. Ingatan tentang hari-hari terakhir beliau, kebaikan-kebaikannya sepanjang hidupku, dan ketabahannya yang ternyata jauh lebih besar dari yang kuduga. Hatiku sedih dan terenyuh di waktu yang sama.  Rasanya sesak, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain mendoakannya.  Bagaimana ini? Aku takut rinduku, air mataku, dan perasaan sedih ini jadi menyusahkan beliau di sana. Aku bukannya tidak ikhlas. Aku hanya rindu.. Rindu yang berakhir dengan air mata dan rasa sedih. Ternyata, kehilangan karena kematian adalah luka yang akan dibawa seumur hidup. Bukan karena kita tidak ikhlas, tetapi karena kesadaran bahwa kita tidak akan bertemu lagi di dunia ini. Bahwa kita tidak bisa memeluknya lebih lama. Bahwa kita mulai lupa aroma tubuhnya. Luka itu besar dan menganga, namun tidak terlihat. Entah seratus, ser...

D-5 : Cita-Cita

source: iamdeewallace.com 

Waktu kecil cita-citaku ada tiga. Mau jadi guru, dokter, sama polwan. Pokoknya harus tercapai salah satunya. Beranjak SMP suka banget sama pelajaran sejarah. Hampir setiap hari ke perpustakaan untuk baca kumpulan cerpen dan buku-buku sejarah pahlawan. Lalu tiba-tiba pengen jadi sejarawan. Pernah, kira-kira kelas tujuh atau delapan, ada tugas Bahasa Indonesia, bercerita tentang idola. Temanku banyak yang mengidolakan aktor dan musisi Korea. Ada pula yang mengidolakan Rasulullah, seriusan, masyaa Allah banget dia mah. Namanya Nur. Duh, jadi ingat dia. Kutitip satu rindu untuk Nur dalam catatan ini. Sedang aku menceritakan tentang R.A Kartini di depan guruku, ya memang waktu itu sedang tidak mengidolakan siapa-siapa selain tokoh-tokoh pahlawan yang sudah kubaca kisahnya di perpus. Pokoknya kelas tujuh-delapan demam banget sama sejarah.

Naik kelas sembilan, belajar baca novel gara-gara tugas resensi Bahasa Indonesia. Belajar Nge-Blog juga di TIK. Tahu TIK kan? Teknologi Informasi dan Komunikasi. Di pelajaran ini aku exited banget pokoknya, gurunya juga keren plus asyik bangetlah untuk anak esempe seumuran aku dulu, haha. Duh, jadi inget lagi kan sama gurunya :D Masih ada satu janjiku yang belum tertunaikan *maafin yaa Kak Abhe, Amma inget kok hehe... Nah dari pelajaran TIK itu, tetiba pengen jadi anak SMK. Tetiba pengen daftar di jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) atau setidaknya RPL (Rekayasa Perangkat Lunak) aja lah, soalnya di TKJ katanya jarang ada cewek yang daftar. Sejenak lupa dengan cita-cita daftar jurusan IPS di salah satu SMA ternama di Maros. Pernah kepikiran juga untuk jadi penulis, sayangnya waktu itu belum ada jurusan bahasa. Deuh, labil banget yak Amma ini :D 

Terus, terus, gimana ceritanya malah jadi anak farmasi? 

Panjang ceritanya. Tapi intinya kurang lebih seperti ini. Jadi kan ya, pas teman-temanku lagi sibuk-sibuknya daftar di SMA-SMA favorit, aku malah nungguin pendaftaran SMK dibuka. Hilang sudah minat jadi anak SMA. Pokoknya waktu itu doktrin di kepalaku adalah SMK Bisa! Hahaha.... Terus saking nyantainya, ndak daftar dimana-mana, barulah mama-bapak bertanya mau lanjut dimana. Singkat cerita, setelah tersampaikan ke mama dan bapak, mereka sih yes yes aja, meski sempat kaget di awal cerita. Beruntung, mama dan bapak sejauh ini selalu mendukung keputusanku. Bagi mereka, selagi itu baik why not. Terus bapak kasih saran, kurang lebih kayak gini, khem khem... "Kalau mau jadi anak SMK, lebih baik ambil farmasi saja, kayak tante kamu dulu. Kalau komputer, sudah banyak saingannya. Toh biar ndak kamu sekolahi bisa ji dipelajari sendiri." Lalu...

here I am as a pharmacy student

Selama sembilan tahun sekolah, tak pernah sekalipun terpikirkan untuk mengambil bidang studi sains. Pun, ketika bapak menyarankanku untuk memilih farmasi, tak pernah sekalipun terbayang bahwa ternyata di farmasi akan kupelajari yang namanya kimia, anatomi, mikrobiologi, dan segala ilmu lainnya. Benar-benar di luar dugaan. Sebuah keterkejutan yang membuatku jatuh hati dan frustasi di waktu yang sama hahaha... Tetapi, sekali lagi, qadarullah, seperti itulah ketetapannya. Tak  ada yang kebetulan bagi-Nya. 
***

Cita-citaku banyak. Banyak yang tercapai, banyak pula yang tinggal kenangan. Ada yang sedang kuperjuangkan, banyak pula yang sudah kuikhlaskan. Toh, sudah kodratnya berikhtiar, hasil akhir biar dibalas sama Allah. 

Tak banyak yang tahu berapa doa-doa yang terijabah. Betapa banyak doa-doa yang digantikan dengan yang jauh lebih baik. Pun, betapa banyak doa yang Allah simpan untuk diberikan pada waktu yang tepat. Jadi, apa sebenarnya yang harus dirisaukan dari cita-cita? 
***
Late post,
Landak Baru, 10 Desember 2018. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Page of 2025 : Refleksi 10Tahun Bersama Blog-ku Tercintaaaa!!!!!

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Annyeong ayyuhannas! Mari memulai postingan pertama di 2025 ini dengan menyebut nama Allah. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tathimusshalihat. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Masyaa Allah, Allahumma Bariik. Jujur saja agak speechless dengan judul di atas. Dengan izin Allah 10 tahun lebih dibersamai blog ini, huhuhu terharu :') Suka duka, marah-marah, teriakan gak jelas, puisi, cerpen yang agak alay, sumpah serapah, dan doa-doa pernah kuposting di sini.  Sekira tahun 2012 atau 2013, pertama kali kukenal platform ini: Blogger. Dikenalkan dan diajarkan oleh guru TIK-ku di SMP, Kak Abhe, beberapa kali buat blog, lalu lahirlah blog ini di 2014, terinspirasi dari kakak-kakak FLP CaMar yang waktu itu rata-rata ngepost tulisannya di blog. Lalu di tahun yang sama aku bergabung dengan komunitas blogger pelajar di Maros.  10 tahun bersama, kalau membesarkan anak harusnya sih sudah kelas 4 SD yah. 10 tahun bersama, kalau saja konsisten nge...

Aku layak, Aku berharga.

Aku pernah merasa sakit, lebih tepatnya merasa tersakiti. Aku pernah merasa ditinggalkan, padahal aku sendiri yang mundur dengan jelas. Aku pernah merasa tidak berharga. Pertanyaan-pertanyaan penuh duri berkelindan di kepalaku. Apakah aku setidakberharga itu untuk diperjuangkan? Apakah aku setidaklayak itu untuk mendapatkan cinta yang tulus? Kurangku apa? Salahku dimana? Aku sudah belajar dan mengupayakan banyak hal, termasuk hatiku, tapi apa yang aku dapatkan?  Kemudian aku berpikir, sebenarnya validasi dari siapa yang kutunggu? Aku cukup dan aku berharga.  Aku sangat berarti untuk keluargaku, sahabatku, dan orang-orang yang ada di sekelilingku. Bagi diriku sendiri. Dan yang paling penting, aku sangaaaaat dicintai oleh Allah, pemilikku. Tempat pulangku. Amma, orang-orang yang dulu membuatmu menangis sesenggukan hanya tidak sanggup melihat cahayamu yang berkilau. Mereka menutup mata dan menghindar. Mereka menyerah dan memilih pergi tanpa menyelam lebih dulu mencari mutiara yan...

Dibuang Sayang~ Part 2

Musim Panen Sepanjang perjalanan diiringi padi yang menguning, tumpukan karung gabah, dan petakan terpal di depan rumah penduduk. Diawasi kanak-kanak dengan sebatang kayu di tangan. Tak lupa dikibarkan kantong plastik di bagian ujungnya, siap untuk mengusir burung yang hendak mematuk, namun lebih sering mengusir ayam yang berdatangan.  Nenekku, seorang petani yang menggarap sawah orang lain. Dan tentu saja masa kecilku juga pernah seperti itu. Dengan alibi menjaga gabah, padahal malah asik main sendiri di bawah pohon, meletakkan kayu pengusir ayam, dan baru beranjak ketika kulihat nenek atau mama keluar mengecek. Setelahnya, gabah-gabah yang dijemur itu akan diolah menjadi beras. Ini bagian yang paling kusukai. Karena di kampungku nyaris tak ada pabrik keliling, maka gabah sekarung dua karung akan dibawa ke pabrik gabah yang tempatnya di ujung kota. Kau harus mendengar suara mesinnya yang nyaring berisik. Melihat bangunannya yang gelap, luas, dan bertingkat papan. Menu...