Langsung ke konten utama

Catatan terakhir...

Bolehkan?

Kusebut kamu dalam doaku di hari Arafah, bolehkan? 

D-2 : Buku

TELAH...
Telah aku dapati diriku sebagai pembaca setia tulisan-tulisan yang penuh ketidaksetiaan. Telah aku dapati diriku sebagai penikmat rasa tulisan-tulisan yang hambar.
Sebab itulah pikiranku tak lebih kusut dari benang-benang kehidupan, yang katanya sedikit-banyak atau banyak kali, kehilangan kejujuran.
       posted on Jul 2 (hal 42)
Ada satu buku yang hingga hari ini belum mampu kutuntaskan. Sebuah buku bersampul biru, yang menatapnya saja mampu membuat hatiku menghangat sendu. Buku yang ingin kuucapkan terima kasih banyak kepada editornya karena telah berbaik hati merampungkan dan menyusun buku ini. Buku yang hampir setahun kunanti. Buku yang jemariku berhenti pada halaman ke tujuh puluh tujuh dan sulit rasanya membuka lebih jauh. Sebuah bab baru, January - May 2017.

Pada hari ini, aku terjebak dalam pikiranku yang tak lebih kusut dari bayang-bayang kenangan, meski sebelumnya aku telah berjanji untuk berdamai. Mungkin mudah saja menamatkannya, toh, ini hanya kumpulan tulisan tumblr yang dibukukan. Lagipula aku juga sudah membaca beberapa tulisan ini, sebelum tumblr tidak diizinkan lagi di Indonesia. Hari ini, ketika lagi-lagi kutatap buku biru itu di antara deretan buku-buku farmasiku, kuputuskan untuk mengkhatamkannya. Menuntaskan rindu, dan sedikit kesedihan yang tertinggal. Meski mungkin akan ada air mata dan sedikit sesak yang tersisa.

Ya, buku biru itu, berjudul Catatan Gadiis Langit. 

 ***
Landak Baru, 07 Desember 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku layak, Aku berharga.

Aku pernah merasa sakit, lebih tepatnya merasa tersakiti. Aku pernah merasa ditinggalkan, padahal aku sendiri yang mundur dengan jelas. Aku pernah merasa tidak berharga. Pertanyaan-pertanyaan penuh duri berkelindan di kepalaku. Apakah aku setidakberharga itu untuk diperjuangkan? Apakah aku setidaklayak itu untuk mendapatkan cinta yang tulus? Kurangku apa? Salahku dimana? Aku sudah belajar dan mengupayakan banyak hal, termasuk hatiku, tapi apa yang aku dapatkan?  Kemudian aku berpikir, sebenarnya validasi dari siapa yang kutunggu? Aku cukup dan aku berharga.  Aku sangat berarti untuk keluargaku, sahabatku, dan orang-orang yang ada di sekelilingku. Bagi diriku sendiri. Dan yang paling penting, aku sangaaaaat dicintai oleh Allah, pemilikku. Tempat pulangku. Amma, orang-orang yang dulu membuatmu menangis sesenggukan hanya tidak sanggup melihat cahayamu yang berkilau. Mereka menutup mata dan menghindar. Mereka menyerah dan memilih pergi tanpa menyelam lebih dulu mencari mutiara yan...

First Page of 2025 : Refleksi 10Tahun Bersama Blog-ku Tercintaaaa!!!!!

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Annyeong ayyuhannas! Mari memulai postingan pertama di 2025 ini dengan menyebut nama Allah. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tathimusshalihat. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Masyaa Allah, Allahumma Bariik. Jujur saja agak speechless dengan judul di atas. Dengan izin Allah 10 tahun lebih dibersamai blog ini, huhuhu terharu :') Suka duka, marah-marah, teriakan gak jelas, puisi, cerpen yang agak alay, sumpah serapah, dan doa-doa pernah kuposting di sini.  Sekira tahun 2012 atau 2013, pertama kali kukenal platform ini: Blogger. Dikenalkan dan diajarkan oleh guru TIK-ku di SMP, Kak Abhe, beberapa kali buat blog, lalu lahirlah blog ini di 2014, terinspirasi dari kakak-kakak FLP CaMar yang waktu itu rata-rata ngepost tulisannya di blog. Lalu di tahun yang sama aku bergabung dengan komunitas blogger pelajar di Maros.  10 tahun bersama, kalau membesarkan anak harusnya sih sudah kelas 4 SD yah. 10 tahun bersama, kalau saja konsisten nge...

Ternyata Aku Pernah Sekecewa Ini

Mama, kupikir aku sedang memulai buku baru dalam hidupku. Ternyata mungkin ini hanya bab baru yang ingin mengajarkanku untuk ikhlas, berserah, dan berpasrah sepenuhnya hanya pada Allah.  Mama, aku ingin bercerita panjang denganmu, ingin bertanya banyak hal tentang hatiku yang kini tak karuan. Mama, ada sesak dalam dadaku yang tak bisa kuungkapkan, tak kutemukan tempat senyaman dirimu untuk bercerita dengan jujur dan lepas. Belakangan, sesak ini makin menyiksa dan membuatku sering menangis saat sedang sendiri, sesaat sebelum tidur, saat mandi, saat makan, bahkan saat sedang berkendara. Aku harus bagaimana Ma? Sudah kubawa perasaan campur aduk ini dalam sujud dan tengadah tangan di malam hening. Setelah puas menangis, kurebahkan tubuhku di atas sajadah. Kuusap-usap lantai yang dingin itu. Duhai, Mamaku yang paling kusayang kini terbaring di bawah tanah, dan entah mengapa dalam posisi ini aku merasa amat dekat dengan Mama. Kadang aku jatuh tertidur, kadang pula tangisku semakin jadi, ...