Hai kak! Di dunia lagi banyak trend baru loh. Dulu tuh, camping, mendaki, menurutku sesuatu yg susah buat dilakuin, tapi hari-hari ini jadi sering lihat postingan orang-orang lagi hiking, wisata alam juga makin banyak yang bisa di-explore. Terus ada juga trend jogging yang saking nge-trend-nya tuh sampai ada jokinya kak. Joki strava namanya, orang lain yang lari, tapi kita yg ngeklaim dan posting pace strava-nya wkwk. Trend tiktok yang dari dulu memang sudah ada, sekarang makin banyak gayanya. Dari yang stecu-stecu, velocity, hmm apa lagi di', banyak dek pokoknya. Kayaknya tiap bulan tuh, adaaa aja trend tiktokan baru. Terus ini yang paling canggih menurutku kak, AI. Dibaca ei-ai. Semacam google tapi dia lebih hebat, bahkan bisa visualisasikan gambar dan video cuma dari deksripsi yang kita ketik. Agak ngeri dikit sih yah kalau di tangan orang yang salah. Di IG ku juga sering muncul isu-isu mental health, makin banyak orang yang aware. Terus, kalau dulu kita cuma tahu empat jenis k...
![]() |
source: ibupedia.com |
Di kakiku ada bekas luka. Jika dihitung ini sudah hampir lima bulan sejak kejadian itu, dan ia tak kunjung sirna seperti bekas luka yang lain. Ah, menyebalkan sekali rasanya. Padahal toh, dia tak terlihat karena tertutup kaos kaki. Tapi, bekas luka itu ya memang membuatku risih. Sering sekali sakit kalau terkena sesuatu. Naasnya karena di kaki, dia pernah ditendang temanku di kelas. Tak sengaja sih, tapi rasanya masyaa Allah. Huff, hari itu aku benar-benar ingin menangis, tapi kutahan. Malu sekali sama teman-teman sekelas. Jika ada rekor orang ter-sering nangis di kelas, maka itu adalah aku. Jika ada limit untuk menangis di kelas, maka aku sudah over limit akibat seringnya menangis di kelas -_- Maka hari itu, aku memilih mengusap-usap luka itu saja dari luar kaos kakiku.
Maka benarlah kata Kak Iis, bekas luka adalah guru. Semakin banyak bekas luka, artinya semakin banyak kita terluka. Artinya, kita sudah melewati kesakitan berkali-kali. Jadi, setiap kali melihat bekas luka, bisa memetik pelajaran agar tak jatuh di kubangan yang sama.
Ya, kurang lebih seperti itu katanya.
Ah, benarlah kata Pramoedya, menulis adalah bekerja untuk keabadian.
***
Pada suatu pagi di Maros, 16 Desember2018
Komentar
Posting Komentar