Langsung ke konten utama

Bukan Resensi : Tentang Kamu

Tentang Kamu, by Tere Liye


"Ini toh, dari awal kisah hidupnya sedih terus ki, Am" 

Begitulah kira-kira yang dikatakan si Empunya buku, ketika kutanya perihal jalan cerita novel ini.
Awalnya dia cuma bilang, "Ada novel baruku. Dua. Novelnya Tere Liye. Mauko pinjam?" hoho, enak sekali punya teman kayak ini anak, dengan senang hati menawarkan. Mengingat kecepatan laju reaksi *eh salah* mengingat kecepatan membaca saya yang lambannya minta ampun, dan  sudah lama juga tidak baca novel, maka perlu pertimbangan mendalam untuk menerima atau menolak tawaran baik hatinya itu. Singkat cerita, karena terlalu lama memutuskan, akhirnya novel yang lebih tipis sudah dipinjam sama Ayu. Jadilah saya yang meminjam novel setebal 524 halaman ini (dalam hati, mak, tebalnya ini novel, berapa hari baru bisa kuselesaikan) 

Iin bahkan menyelesaikan buku ini dalam dua hati, eh dua hari maksudnya. Sedang diriku? Entah hari apa dan tanggal berapa buku ini berada di tanganku, yang jelas, malam ini, di sela diskusi teman kelompok mikrobiologi via udara, sengaja kusilentkan ponselku, mengabaikan mereka sejenak (maafkan diriku teman-teman, memasuki salah satu bagian  menegangkan meka tadi).
Intinya, selalu ada yang bisa dipetik dari bahan bacaan. Termasuk novel Tentang Kamu ini. Bukan hanya satu dua, kalau kata Bu dosen, warna warna yang pekat dihasilkan dari banyak ikatan rangkap yang mampu mengikat radikal bebas dalam tubuh. Ya, warna-warna pekat kehidupan di dalamkisah ini mengajarkan banyak hal tentang sabar dan ketegaran. Di lembar pertama buku ini, Si Empunya buku bahkan menuliskan, "Sri Ningsih, berharap bisa setegar dirimu..." 

"Dalam hidupnya, banyak orang yang bisa memberikan kesaksian betapa Sri Ningsih adalah wanita kuat, yang selalu bisa memeluk hal semenyakitkan apa pun, tapi dia bukan wanita super. Hatinya tidak terbuat dari baja, yang tidak bisa tergores. Dia tetaplah wanita biasa. Saat orang melihatnya begitu tegar menghadapi apapun, orang2 tdk tahu seberapa besar perjuangannya untuk membujuk dirinya sendiri sabar, membujuk dirinya untuk melepaskan, melupakan, dan semua hal yang ringan dikatakan, tapi berat dilakukan. Karena bila bicara tentang penerimaan yang tulus, hanya yang bersangkutanlah yang tahu seberapa ikhlas dia telah berdamai dengan sesuatu." [Hal 406]

Itu salah satu kutipan favoritku dari sekian banyak kata. Tetapi terlepas dari itu, adalah kata terima kasih karena telah dengan suka rela meminjamkan buku ini untukku. Terima kasih juga untuk seseorang yang telah memberikan buku ini untuk Iin (ada tulisan thanks a lot-nya di halaman belakang). Dan terima kasih juga untuk Om Tere Liye. Hari ini, bertambah satu tokoh setelah Engtay, Pukat, Kak Laisa, dan tokoh2 lain dari tulisannya yang selalu menggugah.
Mks, 210317


Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Page of 2025 : Refleksi 10Tahun Bersama Blog-ku Tercintaaaa!!!!!

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Annyeong ayyuhannas! Mari memulai postingan pertama di 2025 ini dengan menyebut nama Allah. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tathimusshalihat. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Masyaa Allah, Allahumma Bariik. Jujur saja agak speechless dengan judul di atas. Dengan izin Allah 10 tahun lebih dibersamai blog ini, huhuhu terharu :') Suka duka, marah-marah, teriakan gak jelas, puisi, cerpen yang agak alay, sumpah serapah, dan doa-doa pernah kuposting di sini.  Sekira tahun 2012 atau 2013, pertama kali kukenal platform ini: Blogger. Dikenalkan dan diajarkan oleh guru TIK-ku di SMP, Kak Abhe, beberapa kali buat blog, lalu lahirlah blog ini di 2014, terinspirasi dari kakak-kakak FLP CaMar yang waktu itu rata-rata ngepost tulisannya di blog. Lalu di tahun yang sama aku bergabung dengan komunitas blogger pelajar di Maros.  10 tahun bersama, kalau membesarkan anak harusnya sih sudah kelas 4 SD yah. 10 tahun bersama, kalau saja konsisten nge...

Keyakinanku pada Allah

Setelah semua yang kulalui sejak catatan terakhirku di blog ini, Desember 2021, aku ingin berbaik sangka saja pada Allah. Bahwa apa yang kujalani murni karena Allah tak pernah salah memilih pundak. Semua yang terjadi adalah takdir terbaik yang telah Allah tetapkan untukku. Yang baik semoga selalu dengan khidmat kusyukuri, sedang dari yang tak kusenangi semoga ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik. Aku percaya tidak ada takdir Allah yang buruk, dan demikianlah cara Allah untuk mentarbiyahku dengan sabar dan syukur. Allah... Allah...Sungguh aku mencintai-Mu, dan sungguh aku tahu Engkaulah yang paling sayang dan paling cinta padaku. Semoga selalu kuingat dan tertanam kuat dalam jiwa dan perilakuku kecintaan itu. Semoga tak sekadar ucapan di lisan saja.  Allah... Allah... kali ini dan berjuta-juta kali lagi, aku ingin berbaik sangka saja pada-Mu. Bahwa akan ada hari dimana Engkau melapangkan dadaku dengan penuh kesyukuran, hingga aku sembuh dan lepas dari rasa sakit yang pe...

Semoga kamu.....

Semoga kamu adalah orang yang selalu menanyakan dan mengutamakan perasaanku lebih dulu.  Semoga kamu selalu bersedia mendengarkan cerita dan dua puluh ribu kata perhariku.  Semoga kamu menyayangiku dengan bukti dan tindakan.  Semoga kamu bisa mengerti betapa berartinya tidur siang bagi aku yang chefalgia.    Semoga kamu adalah orang yang saat pulang kerja selalu bawa hadiah kecil untukku.  Semoga kamu selalu bisa memilih makanan yang tepat dan enak saat aku bilang terserah.  Semoga kamu selalu jadi paparazzi pribadiku yang selalu take foto dan video candidku dalam pose yang cantik, hahaha...  Semoga kamu selalu bersyukur dan memberi ridho atas diriku. Semoga kamu suka melucu untukku dan membuatku tertawa.  Semoga kamu orang yang rapih dan disiplin tapi mendisiplinkanku dengan cinta, hehehe. Semoga kamu tak sungkan mengerjakan urusan rumah tangga: mencuci, melipat, menyapu, menyetrika, memasak. Bukan apa-apa, semoga kamu menjadi teladan yang b...