123 hari sejak nenek berpulang, dan aku masih sering menangis. Di pagi dan siang hari saat aku seorang diri di rumah atau malam sebelum tidur. Banyak hal yang mengingatkanku pada nenek. Ingatan tentang hari-hari terakhir beliau, kebaikan-kebaikannya sepanjang hidupku, dan ketabahannya yang ternyata jauh lebih besar dari yang kuduga. Hatiku sedih dan terenyuh di waktu yang sama. Rasanya sesak, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain mendoakannya. Bagaimana ini? Aku takut rinduku, air mataku, dan perasaan sedih ini jadi menyusahkan beliau di sana. Aku bukannya tidak ikhlas. Aku hanya rindu.. Rindu yang berakhir dengan air mata dan rasa sedih. Ternyata, kehilangan karena kematian adalah luka yang akan dibawa seumur hidup. Bukan karena kita tidak ikhlas, tetapi karena kesadaran bahwa kita tidak akan bertemu lagi di dunia ini. Bahwa kita tidak bisa memeluknya lebih lama. Bahwa kita mulai lupa aroma tubuhnya. Luka itu besar dan menganga, namun tidak terlihat. Entah seratus, ser...
Kau aamiinkan segala do'a untukku.
Kuaamiinkan segala do'a kebaikan untukmu, Rahmah.
Karena kamu, adalah AKU.
Oke, terlepas dari segala do'a yang ditujukan untukku, ini kupersembahkan untukmu, Rahmah. Tapi sebelum ocehan ini semakin panjang kali lebar, kamu harus mengaku dulu,
kalau kamu cemburu sebab lebih banyak ucapan yang ditujukan untukku dari
pada kamu. :P Hey, usiamu genap 17 kan? Yang kutahu, bagimu perputaran waktu selama setahun adalah pintu keluar-masuk, gerbang kedatangan-keberangkatan. Tapi, Rahm, usia 17 itu bukannya angka yang orang sebut-sebut sebagai angka manis ya? Iya, ituloh, yang sweet seventeen bla bla bla...
Kamu bilang, kamu suka dengan angka 17, meski yang paling kau impikan di usia manismu tidak lebih dari sekadar punya katepe guna menjadi warga negara yang baik pula berguna bagi nusa, bangsa dan negara, hahaha... Tapi, Rahmah, kamu mungkin lupa, aku ada dalam dirimu. Diam-diam selalu mencuri dengar bisik hatimu hohoho...
Kamu sedang berusaha menjadi pemusnah,kan? Memusnahkan ketakutan-ketakutan yang selalu menghantui. Menahan gemetar yang kian menderap. Melawan gelisah, meski senyummu pias. Tenang, aku akan selalu menjadi pendukungmu yang paling setia. Kamu sedang bersusah payah mengobarkan kembali semangatmu, yang pernah kupadamkan dengan air mata hingga ke titik terdasar, kan? Untuk yang ini, aku minta maaf. Aku juga sedang berusaha untuk tidak cengeng, lagi fokus fokus tralala menyembunyikan tangisku seperti caramu, huhu...Tapi Rahm, sesekali tangis itu juga harus diperlihatkan biar redam gundahmu.
Kamu ingat tidak, belum genap sebulan ini kamu menampakkan tangismu, entah secara sengaja atau tidak, hanya kita berdua yang tahu. Saat itu, aku benar-benar ingin tertawa, ternyata orang alay seperti kamu, yang menurutku over cengengesan bisa nangis juga, di pinggir jalan pula. Wkwkwk, ternyata kamu memang pandai menyembunyikan si bening itu, tapi kamu masih perlu belajar banyak kapan dan dimana saat yang tepat untuk menangis, bukan di pinggir jalan, lengkap dengan atribut mengendaraimu seperti tempo hari.
Oiya, anu, janganmi bahas tangis-menangis deh, nanti jadinya kita yang sudah alay ini malah makin alay -_- hm, tapi mau bahas apa lagi ya? Hm, anu, tentang main t o d mu kemarin, belum mujawab, menunggu mi itu orang di seberang sana eeh. Lain waktu jawab yah, kalau perlu disegerakan hahaha...
Tentang perihal kado terindahmu, yang itu juga, aku tahu jawabannya. Alasannya, akibatmya, dan segala remeh-temehnya, kutaujiii, makanya saya dengan sukarela kalau orang-orang mengenalmu, sebagai diriku. Lain waktu mungkin akan kubeberkan di blog ini, atau kamu mau menjelaskannya di surat balasanmu nanti. (anggap cuap-cuap ini sebagai surat dari secret admirer, not a stalker!) Apasih -_-
Intinya, semoga dengan berkurangnya usiamu, semakin meningkat ketaqwaanmu. Semoga do'amu diijabah oleh-Nya, segala bibit harapan yang kau tanam berbuah ranum. Dan, senantiasa istiqomah di jalan kebaikan.
Barakallahu Fii Umrik, Rahmah ^_^
Oiya, ada yang ketinggalan , kamu harus banyak belajar tentang keikhlasan. Mengalah pada keadaaan, dan meredam gemuruh hatimu. Eh, salah. Maksudnya kita harus sama-sama belajar!
Oiya, ada yang ketinggalan , kamu harus banyak belajar tentang keikhlasan. Mengalah pada keadaaan, dan meredam gemuruh hatimu. Eh, salah. Maksudnya kita harus sama-sama belajar!
Salam hangat sesama orang alay,
Amma^_^
Maros, 13 Juli 2015
Komentar
Posting Komentar