123 hari sejak nenek berpulang, dan aku masih sering menangis. Di pagi dan siang hari saat aku seorang diri di rumah atau malam sebelum tidur. Banyak hal yang mengingatkanku pada nenek. Ingatan tentang hari-hari terakhir beliau, kebaikan-kebaikannya sepanjang hidupku, dan ketabahannya yang ternyata jauh lebih besar dari yang kuduga. Hatiku sedih dan terenyuh di waktu yang sama. Rasanya sesak, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain mendoakannya. Bagaimana ini? Aku takut rinduku, air mataku, dan perasaan sedih ini jadi menyusahkan beliau di sana. Aku bukannya tidak ikhlas. Aku hanya rindu.. Rindu yang berakhir dengan air mata dan rasa sedih. Ternyata, kehilangan karena kematian adalah luka yang akan dibawa seumur hidup. Bukan karena kita tidak ikhlas, tetapi karena kesadaran bahwa kita tidak akan bertemu lagi di dunia ini. Bahwa kita tidak bisa memeluknya lebih lama. Bahwa kita mulai lupa aroma tubuhnya. Luka itu besar dan menganga, namun tidak terlihat. Entah seratus, ser...
PUSKESMAS LAU
Bagai mimpi yang tak pernah hinggap.
Bersua dengan Recipe, saling menyapa dalam Signa, pula pengikutnya, ter, bis, unum - dedie... Bersahabat dengan Misce - fac - Pulveres - (datales doses) - nomero decem.
Ditambah sensasi "dumbats" setiap respon kamis... Selalu ada cekikikan dalam pemeriksaan. Dibumbui cekcok, debat. Perselisihan tempat yang menuai gelak tawa....
Ini mungkin menjadi lembar pembuka kebersamaan kita. Menuai ilmu dalam ibadah Shaum. Saling menopang, meski tak jarang mengusili, menertawai. Kusuka kebersamaanta', temans. Kusuka debat- debat tidak pentingta. Saya suka, saya suka.
Setiap persaingan. Setiap kita berebut tempat paling depan, dekat dengan loket obat. Pengalaman pertamaaaaaaaaa..... Nano- nano itu... dumbats, ge'gere' malla', ketawa-ketiwi.... yipppii....
Hihi, masih menyempatkan diri untuk bernarsis ria di tengah banyaknya pasien, menumpuknya laporan sambil menjalankan ibadah puasa^^
#latepos
Jum'at, 10102014





Komentar
Posting Komentar