123 hari sejak nenek berpulang, dan aku masih sering menangis. Di pagi dan siang hari saat aku seorang diri di rumah atau malam sebelum tidur. Banyak hal yang mengingatkanku pada nenek. Ingatan tentang hari-hari terakhir beliau, kebaikan-kebaikannya sepanjang hidupku, dan ketabahannya yang ternyata jauh lebih besar dari yang kuduga. Hatiku sedih dan terenyuh di waktu yang sama. Rasanya sesak, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain mendoakannya. Bagaimana ini? Aku takut rinduku, air mataku, dan perasaan sedih ini jadi menyusahkan beliau di sana. Aku bukannya tidak ikhlas. Aku hanya rindu.. Rindu yang berakhir dengan air mata dan rasa sedih. Ternyata, kehilangan karena kematian adalah luka yang akan dibawa seumur hidup. Bukan karena kita tidak ikhlas, tetapi karena kesadaran bahwa kita tidak akan bertemu lagi di dunia ini. Bahwa kita tidak bisa memeluknya lebih lama. Bahwa kita mulai lupa aroma tubuhnya. Luka itu besar dan menganga, namun tidak terlihat. Entah seratus, ser...
Saya baru sadar, kalau di Juli yang terlupakan, jemariku pernah menulis ini. :)
***
9 Juli 2014, semoga hari yang baik, berberkah, tiada dusta untuk seterusnya.
***
9 Juli 2014, semoga hari yang baik, berberkah, tiada dusta untuk seterusnya.
Umur tanggung remaja... 16, ah, kenapa bukan 17 saja? kan kalau sudah 17 tahun sudah bisa nyoblos. Atau kalau tidak, tunggu sampai umur saya cukup, kek.
Ini hanya sekadar kicauan yang bagi orang banyak tak berarti, hanya angin lewat.
Pemilihan Presiden dari 5 tahun ke 5 tahun berikutnya tak dapat dipungkiri selalu menuai kontroversi. Saling menghina dan menjatuhkan pun tak terelakkan. Menabur janji, menanam visi-misi tak kalah jua. Entah akan tumbuh sebagai apa nantinya. Entah apa buah yang akan menjadi santapan rakyat kelak. Saya tak menuduh adanya kemungkinan kebohongan dalam hal ini. Hanya saja, dari beberapa kejadian yang telah lalu, dari berita-berita di tivi, kok saya jadi sangsi sendiri, ya? Saya takut akan kemungkinan semakin terpuruknya Bangsa Indonesia tercinta kita kelak. Sebab yang menjadi harap anak bangsa sekarang adalah adanya pemimpin yang mampu memberikan kami perlindugan, membimbing dan menuntun negara ini agar lebih maju. Dalam hal ini, kejujuran dan rasa bertanggung jawab sangat dibutuhkan, dan dilengkapi dengan adanya tindakan nyata. Kami butuh bukti, bukan janji.
9 Juli nanti, tolong, siapapun yang terpilih menjadi pemimpin negeri ini selama 5 tahun ke depan, Nomor 1 ataupun Nomor 2 , Pak Prabowo-Hatta ataupun Pak Jokowi-JK, saya secara pribadi sangat berharap, ke dua belah pihak bisa menerima dengan lapang dada, terlebih pendukungnya, apapun keputusannya. Bagaimanapun hasilnya. Jangan ada keanarkisan dan keonaran yang terjadi. Negeri kita ini sudah cukup tersiksa, tersayat, terpuruk, bahkan tanpa bentuk protes dan demo yang berlebihan, apalagi sampai menyerupai perang saudara.
Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam menyikapi tidak terpilihnya pilihan kita menjadi Presiden dan Wakilnya. Kita bisa saling mendukung, saling membantu, bahu-membahu membangun Indonesia kita. Melawan para musuh dalam selimut, para koruptor yang diam-diam menjajah negeri kita. Menyejahterakan dan megimbangi kesenjangan sosial, Meningkatkan mutu pendidikan, dan beribu tindakan yang lebih bermanfaat dan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan saling hina dan menjatuhkan, tawuran karena tidak terima, provokator, bawa golok, senjata tajam, bahkan sampai terjadinya pembunuhan sesama masyarakat, perang saudara. Astagfirullah, Naudzubillah dzumma Naudzubillah. Jangan sampai itu terjadi.
Bukankah kita sama-sama mendambakan kedamaian? Maka dari itu, tunjukkan kalau Indonesia itu cinta damai. Saling menyayangi satu sama lain. Serupa semboyan sang garuda. Bhineka Tunggal Ika.
9 Juli nanti, tolong, siapapun yang terpilih menjadi pemimpin negeri ini selama 5 tahun ke depan, Nomor 1 ataupun Nomor 2 , Pak Prabowo-Hatta ataupun Pak Jokowi-JK, saya secara pribadi sangat berharap, ke dua belah pihak bisa menerima dengan lapang dada, terlebih pendukungnya, apapun keputusannya. Bagaimanapun hasilnya. Jangan ada keanarkisan dan keonaran yang terjadi. Negeri kita ini sudah cukup tersiksa, tersayat, terpuruk, bahkan tanpa bentuk protes dan demo yang berlebihan, apalagi sampai menyerupai perang saudara.
Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam menyikapi tidak terpilihnya pilihan kita menjadi Presiden dan Wakilnya. Kita bisa saling mendukung, saling membantu, bahu-membahu membangun Indonesia kita. Melawan para musuh dalam selimut, para koruptor yang diam-diam menjajah negeri kita. Menyejahterakan dan megimbangi kesenjangan sosial, Meningkatkan mutu pendidikan, dan beribu tindakan yang lebih bermanfaat dan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan saling hina dan menjatuhkan, tawuran karena tidak terima, provokator, bawa golok, senjata tajam, bahkan sampai terjadinya pembunuhan sesama masyarakat, perang saudara. Astagfirullah, Naudzubillah dzumma Naudzubillah. Jangan sampai itu terjadi.
Bukankah kita sama-sama mendambakan kedamaian? Maka dari itu, tunjukkan kalau Indonesia itu cinta damai. Saling menyayangi satu sama lain. Serupa semboyan sang garuda. Bhineka Tunggal Ika.
Dan untuk yang terpilih kelak, yang dipercayakan oleh rakyat untuk memegang kemudi Pemerintahan, tetaplah ingat pada janji-janjimu, Pak. Bapak mengemban amanah dan harapan masyarakat. Maka dari itu, apapun kebijakan dan keputusan kalian kelak, semoga itu semata untuk membawa negeri kita lebih maju.
Salam bangga kepada kalian,
Amma :)
***
Dan ternyata, Juli memang terabai.
#latepost: sebelum 09 Juli
Jum'at, 10102014
Salam bangga kepada kalian,
Amma :)
***
Dan ternyata, Juli memang terabai.
#latepost: sebelum 09 Juli
Jum'at, 10102014
Komentar
Posting Komentar