123 hari sejak nenek berpulang, dan aku masih sering menangis. Di pagi dan siang hari saat aku seorang diri di rumah atau malam sebelum tidur. Banyak hal yang mengingatkanku pada nenek. Ingatan tentang hari-hari terakhir beliau, kebaikan-kebaikannya sepanjang hidupku, dan ketabahannya yang ternyata jauh lebih besar dari yang kuduga. Hatiku sedih dan terenyuh di waktu yang sama. Rasanya sesak, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain mendoakannya. Bagaimana ini? Aku takut rinduku, air mataku, dan perasaan sedih ini jadi menyusahkan beliau di sana. Aku bukannya tidak ikhlas. Aku hanya rindu.. Rindu yang berakhir dengan air mata dan rasa sedih. Ternyata, kehilangan karena kematian adalah luka yang akan dibawa seumur hidup. Bukan karena kita tidak ikhlas, tetapi karena kesadaran bahwa kita tidak akan bertemu lagi di dunia ini. Bahwa kita tidak bisa memeluknya lebih lama. Bahwa kita mulai lupa aroma tubuhnya. Luka itu besar dan menganga, namun tidak terlihat. Entah seratus, ser...
"Sejauh kaki berpijak, hitam putih tetap mengikut"
Yaa Allah... terima kasih atas segala Berkah yang Kau limpahkan kepada hamba. Terima Kasih atas segala Rahmat yang Kau Ridhoi kepada hamba. Kepada hamba yang kerap melupakan-Mu, yang tak luput dari kehilafan, bahkan tindak-tanduk yang jelas telah kuketahui segala imbalannya. Sebarapa besar dosanya.
Setiap ukiran yang tercipta dari bingkai kehidupanku, selalu saja rupa-rupa menghias, menghampiri. Aku selalu menuangkan harapan dalam kalbu, mendesain mimpi seelok mungkin, Mencoba menatap lurus ke depan, meski pada akhirnya kan menyerah jua. Menengok ke belakang dan terjerembab dalam keterpurukan. Aku selalu benci saat-saat bermimpi terlalu tinggi, tapi nyatanya tak dapat kuwujudkan, terlalu pecundang untuk melisankannya. Terkadang aku bahkan berfikir, jika aku terlalu over dalam bermimpi, hingga tak satupun yang dapat kuraba. Saat egoisme meraja dan keraguan mendera, dilema dalam carut marut pikiran, hati yang tak jua bertemu jalan yang tepat. Tersesat.
Tapi aku bersyukur, masih tersisa sisi lain dari hati ini yang terus berseru, berteriak memaki, Jangan Menyerah! Kau tahu, kau terlalu melankolis jika seperti itu, hingga mimpi-mimpi itu terkubur, dalam keraguanmu, dalam keluhan-keluhan tak pentingmu!!!
Tuh, kan. Sudah saya bilang, terlalu banyak hal yang melintang, bak benang kusut di ujung tanduk. Hingga sedikit saja salah dalam bertindak akan berakibat fatal. Aku terlalu sering berangan, bercita, tapi terlalu takut mengambil langkah, terlalu kaku, bahkan hanya untuk membuka lembar kehidupan yang baru. Terlalu takut pada kemungkinan-kemungkinan yang tak pernah kucantumkan dalam bingkai mimpiku. Masih belum bisa mencerna hukum 'sebab-akibat'.
Maka di pijakan enam belas tahun ini, jauh di lubuk hati, masih tersimpan keyakinan, keinginan untuk memulai yang lebih baik dan yang terbaik. Segala keraguan itu ingin kubakar, kuenyahkan hingga menjadi abu tak berarti. Membiarkan puing-puing semangat bersatu, serupa keyakinan untuk melenyapkan segala keraguan, ketakutan.
Di penghujung catatan ini, aku ingin mengutarakan serpihan do'a di setiap sholatku. Secuil keinginan di Ramadhan Mubarok ini. Hanya serpihan. Harapan-harapan yang bertumpu pada keyakinan, bahwa Allah itu Ada, Ia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Allah di atas segala-gala yang menjadi atasan. Keinginan agar di setiap langkahku di beri keberkahan oleh-Nya. Do'a agar nenek diberi kesembuhan. Ketabahan dan kekuatan menghadapi gastritis yang mendera. Meski tiga-belas Juli tahun ini kuhabiskan di ruang pengap sempit rumah sakit. Tak apa, bahkan itu tak sepadan atas apa yang telah nenek lakukan untukku. Atas segala kebaikan yang beliau lakukan, dan tak mungkin dapat kubalas. Nenek, yang kuat ya... Cepat sembuh... Masa kukalah ki minum obat.... :')
Pula pada keperihan hati yang mendesis melihat saudara-saudaraku merana tersiksa, oleh kebiadaban manuasia-manusia di atas syaitan, manusia-manusia tak berjiwa, tak berhati. Do'a agar adik, kakak, di Palestina sana diberi kekuatan, ketabahan menghadapi segala cobaan yang menghujam. Do'a kala hati bak teriris melihat adik-adik tak bersalah, lenyap nyawanya karena ledakan bom, serangan Israel laknatullah. Do'a agar mereka-mereka yang berjihad mempertahankan Islam diberi tempat terindah di sisi-Nya, sebagaimana indahnya perjuangan, perjalanan kehidupan yang mereka tempu, walau perih, kerap menghadang. Bahkan sering.
Aamiin...
*latepost, 16072014*
Komentar
Posting Komentar