Langsung ke konten utama

Postingan

Catatan terakhir...

Bolehkan?

Kusebut kamu dalam doaku di hari Arafah, bolehkan? 

I'm back to december

Dan bulanpun berganti. Hujan di november sama sekali tak kucicipi nikmatnya. Benar-benar terabai. Beruntung desember ini masih sempat kurasakan rinai hujan di atas motor. * Setahun lalu, hujan yang mengguyur membangkitkan semangat, agar segera kutancap gas menuju tujuan. Desember kali ini, lajuku benar-benar lambat, kuyup tanpa mantel. * Ternyata memang berbeda. Hujan-hujanan tahun lalu ditemani froggy, kali ini si-merah, yang belum kunamai. Berbicara tentang froggy, sekarang kau dimana? Bagaimana keadaanmu. Semoga penggantiku lebih baik dan pandai merawatmu. * Si penjaga kantor pos, kakak itu bagaimana kabarnya yah. Kapan terakhir kali aku merepotkan dia. Rasanya, sudah hampir setahun tak kukunjungi bangunan oranye itu. * Lalu apa lagi yang bisa kujabarkan tentang desember selain hujan? Desi dan Febrian? Bahkan aku sudah lupa dengan kisah mereka. * Setidaknya ada buih-buih kerinduan akan perjuangan bersama hujan dahulu, yang sekarang padam diguyur hujan. Seharusnya kusampaik...

#AFd

Hujan dan November

Kalau ada sesuatu yang kurindukan saat ini, maka itu adalah KAMU. Iya, Kamu RAHMAH. Kapan kamu kembali menjadi Rahmah yang kukenal? Sekarang sudah November. Hujan kembali datang. Setahun lalu, di bawah rinai hujan, semangatmu tak padam sama sekali. Setahun lalu, hujan-hujanan adalah hobimu. Sekarang sudah November. Hujan kembali datang. Tidakkah kau ingin merasakan guyurannya sekali saja? I really miss you :( * Hujan 11 November 2015

Have you ever?

Pernah ga lo ngerasa ga nyaman, ga tau mau ngapain. Pusing mau bela siapa. Lalu ujung-ujungnya menyalahkan keadaan? I miss all of you. My crazy friends. And I hope our friendship will never end. I am sorry. Pondok Cimo Rama, 300915 Dan pada akhirnya, ketika kuposting tulisan ini, sama sekali tidak kuingat penyebabku menuliskannya. (111115)

Amfain 1

Jadi, seperti ini rasanya tinggal jauh dari orang tua. Serumah dengan teman-teman yang alaynya tak terkira. Hari ini saling bercanda, makan bersama. Esok lusa mungkin bertemu pandangpun enggan. Jadi, seperti ini rasanya tinggal jauh dari orang tua. Memikul rindu pada hangatnya suasana rumah. Yang meski tiap hari tertawa dan berkelakar, tetap saja pada satu bagian hati tersemat gelisah. Yang jika diabaikan akan menjelma dalam rupa tawa-tawa menyesakkan. Lantas, apalagi kalau bukan berujung antagonis, seperti biasa. Jadi, seperti ini rasanya tinggal jauh dari orang tua. Harus kucegat jemari untuk tak menghubungi mama dan bapak ketika suaraku parau seperti ini. Atau segera mengakhiri perbincangan sebelum mereka menyadari, anaknya-si tukang flu ini, tiap malam tidur dengan kipas angin berotasi hingga fajar.  Jadi, seperti ini rasanya tinggal jauh dari orang tua. Berkali-kali berbohong tentang cefalgia yang Alhamdulillah mau diajak damai. Tentang kapsul-kapsul yang meski mereka tahu ...