Entah sejak kapan blog ini kunamai seperti judul di atas dengan tagline sebab kata yang tak sanggup kulisankan itu enggan kutelan. Entah sejak kapan pula blog ini selalu jadi pelarianku saat dunia terasa bising, saat kepalaku sangat berisik, saat tidak kutemukan telinga untuk mendengarkan, atau bahkan saat aku hanya iseng dan bosan. Blog ini, sejauh ini masih ada, menampung semua kekata di ujung jemariku. Aku bertanya-tanya, siapa yang lebih setia? Aku kepada blogku atau blogku kepadaku? Ah, sepertinya kami saling menyetia.
Tulisan-tulisan di blog ini memang awam, begitulah adanya. Meski awalnya aku ingin menjadi penulis buku, tak apa jika ternyata aku berakhir sebagai penulis blog (yang lebih mirip diary harian). Tak apa jika blog ini tak punya pembaca. Tak apa jika blog kini mulai tergantikan, dilupakan, bahkan ditinggalkan banyak orang. Aku memilih untuk tetap menulis di sini. Sebab dengan menulis, hatiku terasa lebih lapang dan hidup. Sebab menulis adalah obat. Adalah caraku untuk tetap waras dan terlihat baik-baik saja (walau tulisanku agak gila).
Kelak, akan kutunjukkan pada adikku, ini tulisanku, bacalah. Semoga kalian memberikan banyak maaf dan pemakluman pada kakak perempuan pertamamu yang cantik, baik hati, spek ibu peri, tapi galak dan banyak suruh-suruhnya ini. Akan kutunjukkan pada anakku, ini tulisan ibumu dulu nak, bacalah dan lihatlah betapa hidup punya banyak warna. Oh, barangkali, jika umurku panjang, akan kutunjukkan pula pada cucuku, ini tulisan nenekmu waktu masih remaja nak. Walau sudah tua begini, nenekpun pernah muda, pernah jatuh hati, pernah petakilan dan pecicilan. Oh, pernah hancur hati juga, dan sedikit cegil nak. Oh ya, maaf ketinggalan, akan kutunjukkan pada pasangan sehidup sesurgaku, heyyyy, ini tulisanku. Jangan dibaca. Nanti kamu makin cinta dan kesengsem. Wkwkwk.
Berkhayal memang seindah itu yah. Gratis pula.
Tapi, bagaimana jika ternyata ajal lebih dulu menghampiriku sebelum kutunjukkan tulisanku pada mereka? Yah, mau bagaimana lagi, sebab kematian adalah sesuatu yang pasti. Setidaknya, aku sudah merasakan yang namanya menulis, sebelum mati. Semoga ada hikmah yang bisa diambil dari tulisan-tulisan random ini. Semoga apa-apa yang sudah kutuliskan menjadi bekal pulangku ke akhirat. Semoga tulisanku menjadi pemberat amal kebaikanku, bukan pemberat timbangan burukku. Semoga Allah meridhaiku untuk masuk surga salah satunya lewat tulisanku. Demikianlah hidup, kita hanya bisa berencana, Allah tetap pemegang kuasa: rencana diterima, rencana ditolak, rencana ditunda, atau rencana diganti dengan yang lebih baik.
Di sisa umur yang masih jadi tanda tanya, semoga aku masih ingin menulis, bisa menulis, dan tetap menulis. Di blog ini, di notes hape, di caption instagram, di threads, dan tentu saja semoga bisa jadi penulis buku beneran. Aamiin yaa Allah.
Kalau sekiranya tulisanku ada yang tidak berkenan di hatimu, tolong dimaafkan ya. Aku mungkin tidak sadar telah menyakiti orang lain dengan kekataku. Sampaikanlah selagi aku masih hidup agar aku bisa meminta maaf secara langsung. Semoga Allah memberimu hati yang lapang untuk memaafkanku dan kita tidak saling menuntut di akhirat.
*Maros, 30 April 2025
Komentar
Posting Komentar