Langsung ke konten utama

Catatan terakhir...

Bolehkan?

Kusebut kamu dalam doaku di hari Arafah, bolehkan? 

Coretan Awam Am.Amma

Entah sejak kapan blog ini kunamai seperti judul di atas dengan tagline sebab kata yang tak sanggup kulisankan itu enggan kutelan. Entah sejak kapan pula blog ini selalu jadi pelarianku saat dunia terasa bising, saat kepalaku sangat berisik, saat tidak kutemukan telinga untuk mendengarkan, atau bahkan saat aku hanya iseng dan bosan. Blog ini, sejauh ini masih ada, menampung semua kekata di ujung jemariku. Aku bertanya-tanya, siapa yang lebih setia? Aku kepada blogku atau blogku kepadaku? Ah, sepertinya kami saling menyetia. 

Tulisan-tulisan di blog ini memang awam, begitulah adanya. Meski awalnya aku ingin menjadi penulis buku, tak apa jika ternyata aku berakhir sebagai penulis blog (yang lebih mirip diary harian). Tak apa jika blog ini tak punya pembaca. Tak apa jika blog kini mulai tergantikan, dilupakan, bahkan ditinggalkan banyak orang. Aku memilih untuk tetap menulis di sini. Sebab dengan menulis, hatiku terasa lebih lapang dan hidup. Sebab menulis adalah obat. Adalah caraku untuk tetap waras dan terlihat baik-baik saja (walau tulisanku agak gila). 

Kelak, akan kutunjukkan pada adikku, ini tulisanku, bacalah. Semoga kalian memberikan banyak maaf dan pemakluman pada kakak perempuan pertamamu yang cantik, baik hati, spek ibu peri, tapi galak dan banyak suruh-suruhnya ini. Akan kutunjukkan pada anakku, ini tulisan ibumu dulu nak, bacalah dan lihatlah betapa hidup punya banyak warna. Oh, barangkali, jika umurku panjang, akan kutunjukkan pula pada cucuku, ini tulisan nenekmu waktu masih remaja nak. Walau sudah tua begini, nenekpun pernah muda, pernah jatuh hati, pernah petakilan dan pecicilan. Oh, pernah hancur hati juga, dan sedikit cegil nak. Oh ya, maaf ketinggalan, akan kutunjukkan pada pasangan sehidup sesurgaku, heyyyy, ini tulisanku. Jangan dibaca. Nanti kamu makin cinta dan kesengsem. Wkwkwk.

Berkhayal memang seindah itu yah. Gratis pula. 

Tapi, bagaimana jika ternyata ajal lebih dulu menghampiriku sebelum kutunjukkan tulisanku pada mereka? Yah, mau bagaimana lagi, sebab kematian adalah sesuatu yang pasti. Setidaknya, aku sudah merasakan yang namanya menulis, sebelum mati. Semoga ada hikmah yang bisa diambil dari tulisan-tulisan random ini. Semoga apa-apa yang sudah kutuliskan menjadi bekal pulangku ke akhirat. Semoga tulisanku menjadi pemberat amal kebaikanku, bukan pemberat timbangan burukku. Semoga Allah meridhaiku untuk masuk surga salah satunya lewat tulisanku. Demikianlah hidup, kita hanya bisa berencana, Allah tetap pemegang kuasa: rencana diterima, rencana ditolak, rencana ditunda, atau rencana diganti dengan yang lebih baik. 

Di sisa umur yang masih jadi tanda tanya, semoga aku masih ingin menulis, bisa menulis, dan tetap menulis. Di blog ini, di notes hape, di caption instagram, di threads, dan tentu saja semoga bisa jadi penulis buku beneran. Aamiin yaa Allah. 

Kalau sekiranya tulisanku ada yang tidak berkenan di hatimu, tolong dimaafkan ya. Aku mungkin tidak sadar telah menyakiti orang lain dengan kekataku. Sampaikanlah selagi aku masih hidup agar aku bisa meminta maaf secara langsung. Semoga Allah memberimu hati yang lapang untuk memaafkanku dan kita tidak saling menuntut di akhirat.

*Maros, 30 April 2025


Salam dari penulis Coretan Awam Amma di tahun 2015 :)






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku layak, Aku berharga.

Aku pernah merasa sakit, lebih tepatnya merasa tersakiti. Aku pernah merasa ditinggalkan, padahal aku sendiri yang mundur dengan jelas. Aku pernah merasa tidak berharga. Pertanyaan-pertanyaan penuh duri berkelindan di kepalaku. Apakah aku setidakberharga itu untuk diperjuangkan? Apakah aku setidaklayak itu untuk mendapatkan cinta yang tulus? Kurangku apa? Salahku dimana? Aku sudah belajar dan mengupayakan banyak hal, termasuk hatiku, tapi apa yang aku dapatkan?  Kemudian aku berpikir, sebenarnya validasi dari siapa yang kutunggu? Aku cukup dan aku berharga.  Aku sangat berarti untuk keluargaku, sahabatku, dan orang-orang yang ada di sekelilingku. Bagi diriku sendiri. Dan yang paling penting, aku sangaaaaat dicintai oleh Allah, pemilikku. Tempat pulangku. Amma, orang-orang yang dulu membuatmu menangis sesenggukan hanya tidak sanggup melihat cahayamu yang berkilau. Mereka menutup mata dan menghindar. Mereka menyerah dan memilih pergi tanpa menyelam lebih dulu mencari mutiara yan...

First Page of 2025 : Refleksi 10Tahun Bersama Blog-ku Tercintaaaa!!!!!

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Annyeong ayyuhannas! Mari memulai postingan pertama di 2025 ini dengan menyebut nama Allah. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tathimusshalihat. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Masyaa Allah, Allahumma Bariik. Jujur saja agak speechless dengan judul di atas. Dengan izin Allah 10 tahun lebih dibersamai blog ini, huhuhu terharu :') Suka duka, marah-marah, teriakan gak jelas, puisi, cerpen yang agak alay, sumpah serapah, dan doa-doa pernah kuposting di sini.  Sekira tahun 2012 atau 2013, pertama kali kukenal platform ini: Blogger. Dikenalkan dan diajarkan oleh guru TIK-ku di SMP, Kak Abhe, beberapa kali buat blog, lalu lahirlah blog ini di 2014, terinspirasi dari kakak-kakak FLP CaMar yang waktu itu rata-rata ngepost tulisannya di blog. Lalu di tahun yang sama aku bergabung dengan komunitas blogger pelajar di Maros.  10 tahun bersama, kalau membesarkan anak harusnya sih sudah kelas 4 SD yah. 10 tahun bersama, kalau saja konsisten nge...

Ternyata Aku Pernah Sekecewa Ini

Mama, kupikir aku sedang memulai buku baru dalam hidupku. Ternyata mungkin ini hanya bab baru yang ingin mengajarkanku untuk ikhlas, berserah, dan berpasrah sepenuhnya hanya pada Allah.  Mama, aku ingin bercerita panjang denganmu, ingin bertanya banyak hal tentang hatiku yang kini tak karuan. Mama, ada sesak dalam dadaku yang tak bisa kuungkapkan, tak kutemukan tempat senyaman dirimu untuk bercerita dengan jujur dan lepas. Belakangan, sesak ini makin menyiksa dan membuatku sering menangis saat sedang sendiri, sesaat sebelum tidur, saat mandi, saat makan, bahkan saat sedang berkendara. Aku harus bagaimana Ma? Sudah kubawa perasaan campur aduk ini dalam sujud dan tengadah tangan di malam hening. Setelah puas menangis, kurebahkan tubuhku di atas sajadah. Kuusap-usap lantai yang dingin itu. Duhai, Mamaku yang paling kusayang kini terbaring di bawah tanah, dan entah mengapa dalam posisi ini aku merasa amat dekat dengan Mama. Kadang aku jatuh tertidur, kadang pula tangisku semakin jadi, ...