Langsung ke konten utama

Catatan terakhir...

Bolehkan?

Kusebut kamu dalam doaku di hari Arafah, bolehkan? 

Tujuh (puluh)

DIRGAHAYU INDONESIAKU :)
Tujuh puluh tahun paska kemerdekaan Indonesia, apa sebenarnya arti dari kemerdekaan itu? Merdeka adalah terbebas dari belenggu penjajah, bukan begitu? Merdeka identik dengan kebebasan, bukan begitu? Merdeka adalah luapan kebahagiaan atas sebuah perjuangan, dan rupa-rupa definisi kemerdekaan dari sudut pandang yang berbeda. 

Lantas, dari lain sisi ada pula yang mempertanyakan kemurniannya, memilih mengamat, mengkritik, dan bahkan abai, tak peduli. Well, mungkin itu yang namanya hak asasi manusia. 

Tentang Indonesia, apapun yang ada di dalamnya, kita menjadi bagian darinya. Meski tak kupungkiri kalau sering pula terlontar kritikan dari mulutku, mestinya begini, harusnya begitu, bla bla bla. Mengkritik bukan hal yang sulit, bukan? Yang sulit adalah bagaimana kita harus mengintrospeksi diri.  

Sudahkah kita menjadi warga yang baik? 

Saya pribadi: belum. KTP saja sampai sekarang belum ada. Padahal, sebelum masuk 17 tahun, saya menggebu sekali mau punya KTP, eh pas tahu sistemnya harus ke sini, ke sana, ini itu, saya jadi MALAS duluan. See, pemalas seperti saya, bisakah digolongkan dalam warga negara yang baik? Setelah KTP, masih banyak lagi yang mesti diurus, kartu SIM, misalnya. Kemudian, jika masih diberi umur panjang dan sudah punya kerja, mesti urus kartu NPWP, dan lain lain.

Berbicara tentang KTP dan kakak-kakaknya rasanya sudah terlalu jauh, ya? Kenapa tidak dimulai dari hal sederhana saja. Seperti membuang sampah pada tempatnya mungkin. Look at the river! Betapa banyak sesampahan yang mengapung. Tanpa bermaksud menggurui, mari bersama menjaga Indonesia kita, dari hal kecil saja dulu, membantu sampah-sampah pulang ke rumahnya. Ala bisa karena biasa, right? :)

Oh iya, persembahan dari Pemuda Maros Baik, pagi tadi sebelum Upacara Bendera ada pementasan Drama Kolosal bertajuk Perjuangan Di Butta Salewangan. Lengkapnya, sila dibaca. Sebab saya sendiri tak sempat menyaksikannya secara langsung. :') 

Terakhir, satu dari banyak harapanku untuk negeri ini, semoga moral Bangsa Indonesia mengalami perbaikan. Sila dimaknai :) 


Maros, 17 Agustus 2015

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku layak, Aku berharga.

Aku pernah merasa sakit, lebih tepatnya merasa tersakiti. Aku pernah merasa ditinggalkan, padahal aku sendiri yang mundur dengan jelas. Aku pernah merasa tidak berharga. Pertanyaan-pertanyaan penuh duri berkelindan di kepalaku. Apakah aku setidakberharga itu untuk diperjuangkan? Apakah aku setidaklayak itu untuk mendapatkan cinta yang tulus? Kurangku apa? Salahku dimana? Aku sudah belajar dan mengupayakan banyak hal, termasuk hatiku, tapi apa yang aku dapatkan?  Kemudian aku berpikir, sebenarnya validasi dari siapa yang kutunggu? Aku cukup dan aku berharga.  Aku sangat berarti untuk keluargaku, sahabatku, dan orang-orang yang ada di sekelilingku. Bagi diriku sendiri. Dan yang paling penting, aku sangaaaaat dicintai oleh Allah, pemilikku. Tempat pulangku. Amma, orang-orang yang dulu membuatmu menangis sesenggukan hanya tidak sanggup melihat cahayamu yang berkilau. Mereka menutup mata dan menghindar. Mereka menyerah dan memilih pergi tanpa menyelam lebih dulu mencari mutiara yan...

First Page of 2025 : Refleksi 10Tahun Bersama Blog-ku Tercintaaaa!!!!!

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Annyeong ayyuhannas! Mari memulai postingan pertama di 2025 ini dengan menyebut nama Allah. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tathimusshalihat. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Masyaa Allah, Allahumma Bariik. Jujur saja agak speechless dengan judul di atas. Dengan izin Allah 10 tahun lebih dibersamai blog ini, huhuhu terharu :') Suka duka, marah-marah, teriakan gak jelas, puisi, cerpen yang agak alay, sumpah serapah, dan doa-doa pernah kuposting di sini.  Sekira tahun 2012 atau 2013, pertama kali kukenal platform ini: Blogger. Dikenalkan dan diajarkan oleh guru TIK-ku di SMP, Kak Abhe, beberapa kali buat blog, lalu lahirlah blog ini di 2014, terinspirasi dari kakak-kakak FLP CaMar yang waktu itu rata-rata ngepost tulisannya di blog. Lalu di tahun yang sama aku bergabung dengan komunitas blogger pelajar di Maros.  10 tahun bersama, kalau membesarkan anak harusnya sih sudah kelas 4 SD yah. 10 tahun bersama, kalau saja konsisten nge...

Ternyata Aku Pernah Sekecewa Ini

Mama, kupikir aku sedang memulai buku baru dalam hidupku. Ternyata mungkin ini hanya bab baru yang ingin mengajarkanku untuk ikhlas, berserah, dan berpasrah sepenuhnya hanya pada Allah.  Mama, aku ingin bercerita panjang denganmu, ingin bertanya banyak hal tentang hatiku yang kini tak karuan. Mama, ada sesak dalam dadaku yang tak bisa kuungkapkan, tak kutemukan tempat senyaman dirimu untuk bercerita dengan jujur dan lepas. Belakangan, sesak ini makin menyiksa dan membuatku sering menangis saat sedang sendiri, sesaat sebelum tidur, saat mandi, saat makan, bahkan saat sedang berkendara. Aku harus bagaimana Ma? Sudah kubawa perasaan campur aduk ini dalam sujud dan tengadah tangan di malam hening. Setelah puas menangis, kurebahkan tubuhku di atas sajadah. Kuusap-usap lantai yang dingin itu. Duhai, Mamaku yang paling kusayang kini terbaring di bawah tanah, dan entah mengapa dalam posisi ini aku merasa amat dekat dengan Mama. Kadang aku jatuh tertidur, kadang pula tangisku semakin jadi, ...