Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Catatan terakhir...

Bagaimana ini (2)

123 hari sejak nenek berpulang, dan aku masih sering menangis. Di pagi dan siang hari saat aku seorang diri di rumah atau malam sebelum tidur. Banyak hal yang mengingatkanku pada nenek. Ingatan tentang hari-hari terakhir beliau, kebaikan-kebaikannya sepanjang hidupku, dan ketabahannya yang ternyata jauh lebih besar dari yang kuduga. Hatiku sedih dan terenyuh di waktu yang sama.  Rasanya sesak, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain mendoakannya.  Bagaimana ini? Aku takut rinduku, air mataku, dan perasaan sedih ini jadi menyusahkan beliau di sana. Aku bukannya tidak ikhlas. Aku hanya rindu.. Rindu yang berakhir dengan air mata dan rasa sedih. Ternyata, kehilangan karena kematian adalah luka yang akan dibawa seumur hidup. Bukan karena kita tidak ikhlas, tetapi karena kesadaran bahwa kita tidak akan bertemu lagi di dunia ini. Bahwa kita tidak bisa memeluknya lebih lama. Bahwa kita mulai lupa aroma tubuhnya. Luka itu besar dan menganga, namun tidak terlihat. Entah seratus, ser...

Negeriku Menangis Lagi

kunjungi sumber gambar Negeriku menangis lagi Ada rerintihan yang beterbangan Jejeritan menghantui Ada lika-liku semacam teka-teki yang membentang Membentuk pusaran kelam yang mencipta duka Kakiku gatal ingin melonjak Tanganku geram tak bertindak Dadaku bergejolak Perih, miris sekali Tapi aku bisa apa? Negeriku menangis lagi Menahan gelegar dingin dan perut yang meronta Tiada lagi bising mengungkung Semua bungkam, mencipta hening Bukan lelah, tapi enggan Negeriku menangis lagi Mungkin karena dosa tiada terkira Amarah mengungkung sungai dan langit Meluapkan kebencian Menumpahkan buah dendam Negeriku menangis lagi Februari kembali basah Menyayat hati Terhalau, terjaga Enggan memejam Maros, 14 Februari 2015