123 hari sejak nenek berpulang, dan aku masih sering menangis. Di pagi dan siang hari saat aku seorang diri di rumah atau malam sebelum tidur. Banyak hal yang mengingatkanku pada nenek. Ingatan tentang hari-hari terakhir beliau, kebaikan-kebaikannya sepanjang hidupku, dan ketabahannya yang ternyata jauh lebih besar dari yang kuduga. Hatiku sedih dan terenyuh di waktu yang sama. Rasanya sesak, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain mendoakannya. Bagaimana ini? Aku takut rinduku, air mataku, dan perasaan sedih ini jadi menyusahkan beliau di sana. Aku bukannya tidak ikhlas. Aku hanya rindu.. Rindu yang berakhir dengan air mata dan rasa sedih. Ternyata, kehilangan karena kematian adalah luka yang akan dibawa seumur hidup. Bukan karena kita tidak ikhlas, tetapi karena kesadaran bahwa kita tidak akan bertemu lagi di dunia ini. Bahwa kita tidak bisa memeluknya lebih lama. Bahwa kita mulai lupa aroma tubuhnya. Luka itu besar dan menganga, namun tidak terlihat. Entah seratus, ser...
Warning! Tajamkan pengelihatan dan fokuskan perhatian. Tulisan ini mengandung unsur kealayan, kenarsisan, dan keeksisan. TuLisaN nieyy dibuaT SpeCial boeat Temanzkyu Zhiey Lhy-yha yang reQuest ToeLiZan teNtanGnya *ahaha.... ngalay dulu kite* Khem khem... yang serius sama ponselnya orang :D Ralat-ralat. Sekarangkan sudah bukan zamannya ngalay. Tapi serius, tulisan ini spesial untuk si Lhy-yha, eh Lia maksudnya :D Teman setim Panaforalis di Kompetisi Gasing 2014 . Teman sekolahku yang ternyata pernah bertemu sebelumnya di sekmen-sekmen FLP. Temannya Bebi, Dije, Nunu, dan kawan-kawan di DDI masa itu. Memang sih, sejak jumpa pertama di SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Maros, hati kecil saya bilang, Ini orang kok mukanya familiar ya? Sudah tidak asin. Eh, sorry, asing maksudnya, :D Mungkin karena mukanya yang ke-mall-mall-an *pasaran udah mainstream pemirsa* Tanpa dimintapun, sebenarnya saya sudah lama ingin menulisk...