123 hari sejak nenek berpulang, dan aku masih sering menangis. Di pagi dan siang hari saat aku seorang diri di rumah atau malam sebelum tidur. Banyak hal yang mengingatkanku pada nenek. Ingatan tentang hari-hari terakhir beliau, kebaikan-kebaikannya sepanjang hidupku, dan ketabahannya yang ternyata jauh lebih besar dari yang kuduga. Hatiku sedih dan terenyuh di waktu yang sama. Rasanya sesak, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain mendoakannya. Bagaimana ini? Aku takut rinduku, air mataku, dan perasaan sedih ini jadi menyusahkan beliau di sana. Aku bukannya tidak ikhlas. Aku hanya rindu.. Rindu yang berakhir dengan air mata dan rasa sedih. Ternyata, kehilangan karena kematian adalah luka yang akan dibawa seumur hidup. Bukan karena kita tidak ikhlas, tetapi karena kesadaran bahwa kita tidak akan bertemu lagi di dunia ini. Bahwa kita tidak bisa memeluknya lebih lama. Bahwa kita mulai lupa aroma tubuhnya. Luka itu besar dan menganga, namun tidak terlihat. Entah seratus, ser...
Sumber Gambar Aku tak pernah tahu apa yang telah menggerakkan hatiku untuk selalu menaruh minat di setiap laga sepak bola yang di dalamnya terdapat orang-orang pilihan, orang-orang terpilih dari bilik Indonesia. Aku bukanlah seorang fanatik si bulat itu. Bukan penggemar MU, Chelsea, Barcelona, atau apapun itu. Pula aku bukanlah seorang yang mencinta dunia olahraga. Tapi sepertiya hatiku memang sudah terpaut dengan Timnas Indonesia. Seperti yang berlangsung beberapa waktu lalu. Ah, aku menyesal tak menyaksikannya sejak babak awal. Tapi beruntung, dari depan layar tivi, aku masih bisa menyaksikan gol indah penuh perjuangan. Ya, setidaknya satu gol itu meneduhkan hati yang merutuk saat menyaksikan Indonesia vs. Thailand, kemarin. Aku bukanlah orang yang mencinta dunia olahraga. Ya, tadi sudah kukatakan. Tapi hatiku bersorak sorai tiap menyaksikan mereka yang dengan bangga dan penuh perjuangan mempertaruhkan nama Indonesia. Mereka berjuang. Inga...