D-17 : Kimia

Source : geograph88.blogspot.com
Belajar ilmu farmasi ternyata tak semudah yang kuharapkan, tapi juga tak sekejam yang barangkali dibayangkan oleh banyak orang, meski telah banyak kali kulewati hari-hari dengan penuh kegalauan dan cucuran air mata T_T Salah satu yang paling menguras air mataku adalah mata kuliah kimia. Basic sebagai anak SMK Farmasi ternyata tidak berpengaruh banyak kepadaku selain sedikit kelihaian di laboratorium dan kuliah farmasetika dasar. Selain itu, aku nol besar, hiks. Dan karena basic sebagai alumni SMF itu pula aku beberapa kali harus menahan gemetar dan gugup yang melanda ketika ditanya persoalan kimia. 

Kegalauan pertama datang ketika semester satu, hampir semua kelompok kimia dasar dibagi berdasarkan alumni SMF, tidak di kelas, di laboratorium, dan kelompok diskusi. Ayolah, tiga tahun di SMK aku tak pernah betul-betul memperhatikan mata pelajaran ini. Pikirku, ini tak ditemui di lapangan, ternyata tidak main-main, ada 4 semester menegangkan yang harus kulalui dengan kimia. 

Awalnya, aku disuruh naik menuliskan salah satu reaksi penggaraman, lalu, karena tidak tahu, jadilah aku yang pada saat itu begitu takut dengan kimia malah disuruh menghapal sembilan jenis reaksi penggaraman. Kuulang sekali lagi, SEMBILAN JENIS! Maaak, NaOH + HCl saja aku masih bingung, apalagi sembilan jenis lannya, hiks. Ketegangan dan ketakutan dipanggil naik ke atas untuk tugas hapalan itu kubawa berminggu-minggu. Menghapal teks lagu saja aku tak beres-beres, bagaimanalah dengan hapalan reaksi itu, hiks lagi. Tiga-empat minggu aku selamat dari panggilan menghapal di depan kelas, sampai pada minggu berikutnya, ketika dosenku berkata, "Siapa lagi yang dapat tugas menghapal dan belum menyetor?" temanku, Grace, dengan polosnya berkata, Rahmah belum pak. Bukan main, hari itu jantungku terasa jatuh dari lantai tiga tempatku berpijak ke lantai dasar, parkiran. Rasanya, aku ingin jadi jelly saja, agar merosot ke bawah meja dan tak terlihat oleh dosenku. Tanganku tiba-tiba dingin dan gemetar. Kalau ingat kejadian itu ngeri tapi geli sih wkwk. Tapi aku tidak jadi maju ke depan kelas setelah kukode Grace dan Alhamdulilah teman-teman kelasku cukup peka menangkap suasana, selamat selamat... Bukan, bukan aku tidak menghapal. Tiap malam selalu kuhapalkan kok, satu jenis reaksi per malam, kadang-kadang bukunya kupeluk sampai tertidur, tapi semuanya lenyap dalam sekejap, hiks.

Itu baru satu momen. Momen di laboratorium kimia dasar jauh lebih wow lagi. Pertama kali melakukan praktikum dgn suasana laboratorium kimia yang selalu mencekam dan semakin di dukung oleh pengawas yang tiada hari tanpa teriakan, "Adeeeek, cepat-cepat sedikit, adeeeek kalau mencuci jangan pakai aquadest, adeeek bilas dulu sebelum dipakai, aduuuh adek,....." banyak banget pokoknya, saya termasuk yang paling sering diteriaki, hehehe.... Bandel yak. Tapi, tidak ada yang sia-sia dari teriakan ibu-bapak dosen dan laboran kami. Diteriakin dan ditegasin aja kami masih sering ngeyel, bagaimana jadinya kalau dimanja terus? Seiring berjalannya waktu, semakin dekat dengan pendamping masing-masing. Sampai di pertengahan semester pernah nangis gara-gara ndak boleh masuk lab. Ibu marah karena saya tidak ikut konsul dan bimbingan sebelum masuk lab, plus laporan yang belum ter-acc. Pertama kali dilarang masuk lab yang Alhamdulilah kemudian diizinkan dengan catatan menghadap ke beliau setelah praktikum. Tahu kenapa beliau begitu marah saya tidak ikut bimbingan? Sebab final sebentar lagi dan beliau hendak menjelaskan cara perhitungan volumetri yang tak kunjung kupahami. Tidak ada orang tua yang mau lihat anaknya terjatuh, begitu pula beliau, orang tuaku di kampus yang tidak mau melihat nilaiku anjlok. :")

Lepas semester satu yang kukira bakal say godbye sama kimia ternyata salah besar. Semester dua ada kimia organik. Di sini mulai suka, karena sedikit banyak ini pernah diajarkan waktu SMK, meski tak banyak yang kuingat, tapi ada beberapa yang nyangkut. Sayangnya, semakin ke sini, kok makin sulit ya? Makin ngeri dan menyeramkan, haduuh. Dan tragedi menangis terulang lagi. Bedanya, dulu saya menangis di awal, sebelum final berlangsung. Kali ini, saya menangis setelah final.  Bagaimana tidak, ujianku sampai berkali-kali. Kalau di pelajaran farmasetika dasar ada yang  namanya pengenceran bertingkat, maka di kimia organik ada yang namanaya remedial bertingkat. Betul-betul bertingkat sampai rasanya ingin menyerah saja. Masih ingat dengan jenis reaksi penggaramanku di semester satu? Ya, kelemahan terbesarku adalah kutak tahu mereaksikan padahal di kimia ya pasti itu, reaksi T_T. Final, meski aku percaya diri bisa lulus, ternyata nilaiku kurang sedikit lagi untuk mencapai nilai standar. Oke, sedikit lagi am. Fighting! Remedial pertama, nilainya lebih rendah dari hasil final -,- oke, kali ini harus belajar lebih serius. Remedial kedua, di sinilah drama menangis (lagi) di mulai. Aku belajar dengan semangat empat lima, susah payah mengumpulkan dan bertanya kepada teman-temanku, soalmu bagaimana, reaksinya yang mana, biar bisa kupelajari juga. Berkali-kali bertanya sama teman-teman SMF yang lulus sejak final. Terus kuulang-ulang sampai malam sebelum remedial kedua. Semalam suntuk menghapal reaksi, mengulang-ulang, kali ini aku yakin, aku lulus. Lalu ketika hari ujian tiba, soalnya jauh dari yang kupelajari. Lebih tepatnya, aku menghapal, bukan memahami, sehingga ketika soal yang kudapat tidak sesuai dengan apa yang kuhapal, hatiku hancur. Dongkol sekali rasanya. Hari itu, di ruang kelas A, remedial kimia organik, gabungan D.III kelas A dan B, aku berusaha sebisa mungkin mengerjakan soalku hingga detik-detik terakhir, padahal biasanya, ketika tak tahu lagi harus jawab apa, aku bisa jadi orang tercepat mengumpul lembar jawaban. Tapi hari itu berbeda, aku menangis bahkan sebelum pengawas ujian meninggalkan ruangan. Tidak rela rasanya menyerahkan lembar jawabanku yang memprihatinkan ini. Hufftt, payah! Kak Uchy, sahabatku, setengah mati menenangkan, malu kalau dilihat sama pengawas dan teman-teman, ada kelas lain juga di sini. Aduh, bisa-bisanya Kak Uchy ini, bagaimana bisa dia masih cengar-cengir begitu padahal ini sudah ujian yang ketiga  dan bisa dipastikan kita tak lulus lagi, hiks. Aku malu dan sebal dengan diriku sendiri. Setelah ini, harus belajar bagaimana lagi? Yang kemarin itu sudah belajarku yang paling maksimal, hiks hiks. Hasil remedial kedua keluar. Nilaiku? sudah kubilang sebelumnya kan, aku tidak lulus lagi!, hm, Kak Uchy juga sih hahaha. Terus remedial ke tiga, karena sudah menangis hebat hari itu, perasaanku jadi lebih lega, kepalaku jadi lebih plong menerima rumus-rumus senyawa dan reaksinya, Alhamdulillah.

Remedial ketiga, lebih hebat lagi, ini jadi remedial angkatan, ada anak D.IV juga. Aku masih jadi Amma yang selalu cari kursi bagian depan ketika ujian. Semoga kali ini soalnya sesuai dengan apa yang kupelajari. Semoga bisa kujawab dengan benar, doaku sebelum membalik lembar soal dan jawaban. Sia-sia dong aku menangis kalau hasilnya masih sama kayak kemarin. Bismillah. Hari itu berjalan lancar, aku menjawab soal dengan tenang. Meski aku yakin kali ini bisa lulus, tapi aku tak banyak bicara. Takut sesumbar dan malah dapat nilai jelek. Entah soal ujian macam apa yang akan diberikan dosenku bila lagi-lagi aku tak lulus. Hasil remedi keluar, Alhamdulillah aku lulus dengan nilai standar. Jangan mimpi dapat nilai seratus, ini sudah ujian ke berapa coba. Alhamdulillah, suatu kesyukuran bisa melewati ujian kimia organik ini tanpa curang-curangan, nilai standar ini sudah sangat luar biasa bagiku.

Dari ujian kimia organik itu aku belajar betapa dulu orientasiku sungguh dunia banget! Nilai A menjadi prioritas sampai lupa melibatkan Allah dalam ikhtiarku. Sombong sekali :'(

Kimia di semester tiga masyaa allah. Meski tak sampai menangis kayak di semester lalu, tapi ada dua kimia yang harus kepelajari sekarang. Kimia Farmasi 1 dan Biokimia. Mata kuliah apa lagi ini? Meski begitu, saya lumayan suka dengan mata kuliah biokimia, terlebih dengan penjelasan dosen yang kena banget sama kehidupan sehari-hari. Gokil sih, ujian biokimia bisa open book men! Sayangnya, meski ribuan kali kubuka, sampai habis waktuku membolak-balik halaman, reaksi demi reaksi, aku tetaplah Amma yang tak mengerti banyak tentang kimia. Poor amma .

Semester empat, katanya ini semester paling menyiksa dan penuh kesibukan. Fase dimana kamu merasa salah jurusan dan pengen minggat dari farmasi. Empat lab ditambah magang perapotekan di sore hingga malam hari. Mata kuliah kimiaku sudah sampai di Kimia Farmasi 2. Meski sudah agak tahan banting di laboratorium, tapi tetap saja masih beberapa kali keteteran dengan tugas yang lain. Sedikit lagi, dan setidaknya kamu tidak perlu berpikir keras untuk pelajaran kimia, Am. Tapi kenyataannya berbanding terbalik hehe.... Entah bagaimana ceritanya, di mata kuliah ini ada sesi diskusi kelompok yang setiap kelompoknya ada ketua yang dianggap mampu membimbing teman-teman yang lain. Tenang saja, aku tidak jadi ketua kelompok kok, hehe. Hari itu hujan deras, aku terlambat ke kampus, tapi masih diizinkan masuk kelas karena memang hujannya lumayan deras. Pas masuk, kelompok sudah terbentuk, masing-masing orang duduk berdasarkan kelompoknya. Aku, yang datang terlambat hari itu, dipanggil oleh Kak Uchy yang memang kelompok terdekat dari pintu. Dan ternyata..... hahaha, semester ini judulnya memang bukan berpikir keras, tapi dipaksa berpikir sangat keras wkwkwk. Kimia farmasi 2, ada reaksi, perhitungan, dengan cara dan rumus yang berbeda setiap metode, plus setiap anggota harus mengerti. What a lucky team :D 

Kadang-kadang malu sih, ketika ditanya oleh teman atau adik kelas tentang kimia dan aku tak tahu apa-apa. Kimia.... aku pernah berkata pada diriku untuk menaklukkanmu, meski sampai sekarang aku masih tak tahu caranya.

***
Landak Baru, 22 Desember 2018
Selamat hari ibu, Mama. Lekaslah sembuh. Uhibbuki fillah <3

Komentar

What them read?

Ciee Kak Iis Sweet Seventeen Ciee :P

Dear Lhy-yha^^

Ada yang Lebih Daebak dari KMH ^_^

Masih Tentang Perempuan