Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

(Lagi) Gagal

Gambar
*sumber gambar    Mencoba tetap tersenyum, tertawa, menyembunyikan sesak yang tengah menyusup kalbu. Huss... Huss... jauh jauh sana. Pergi!! Saya benci jika sudah seperti ini. Memangnya kau siapa? Harapanmu terlalu tinggi! Ck, ternyata kau..... ini dan itu. Huaaa.... rasanya hati ini mengejekku.          Dan ternyata, lagi, kau di PHP decak cicak -_-      Perlahan mendekat, dengan suara tercekat "Ma', tidak lolos seleksi ka lagi" pura-pura pasang tampang sok tegar, tidak peduli, padahal dalam hati mewek T.T          Ck, berapa banyak orang yang tahu perihal itu? | Tak banyak | Lalu, mengapa kau merasa malu? | Yah, saya malu pada diri saya, pada orang tua saya, pula orang-orang yang telah menyelipkanku dalam do'anya. | Kau kecewa? | Jelas. Kecewa pada diriku, sangat! Yang telah mengecewakan orang-orang yang menitip harap padaku. Yang senantiasa menyempatkan diri untuk menyebut namaku dalam do'anya. Mama' dan Bapakku. |      "Tak apa

Terkadang Akupun Tak Paham

Gambar
Kunjungi Sumber Gambar Fajar. Siang. Senja. Malam. Lalu fajar lagi.  Bahkan dentingan di lingkaran yang menempel pada dindingpun terus berkicau. Bumi berputar. Angin. Aku bahkan sebal kepadanya. Datang dan pergi seenak jidatnya.  Hujan. Entahlah. Aku tak membencinya, pula menyukainya.  Tapi terkadang aku menantinya berkawan denganku dalam dekap kesendirian. Membutuhkannya, menjadi topeng mutiara yang kuingin hanya aku dan ia yang tahu. Atau sekedar merindunya. Membuatku betah dalam peluk-gelut selimut pagi hari.  Mungkinkah aku hanyalah pecundang yang hanya mampu bersembunyi di balik topeng bernama ketegaran itu? Ah, bukan. Keras kepala mungkin lebih tepat. Atau mungkin keegoisan membuatku lupa, siapa aku? Siapa dia? Siapa mereka? Bahwa aku, dia, mereka, adalah beda. Bahwa harapan itu kerap menikamku.  Ah, ini terlalu ambigu. Terkadang Akupun Tak Paham.     

Apapun dan Adapun:Berjumpa

Gambar
    Kelas nampak sepi, sedang seseorang di sudutnya tengah berkutat dengan rumah mayanya. Sesekali mengernyit saat melihat hal unik, tak jarang pula senyumnya merekah indah sembari membuka jendela biliknya. Lantas, seseorang mengetuk pintu.      " Assalamu'alaikum "      "Wa'alaikumsalam" Sang tuan mengernyit, mencoba membuka lembaran memorinya, 'siapa tamu ini?'      "Namamu, siapa?" Sang tuan mengernyit, lagi. Jelas-jelas namanya tertera di depan pintu. Aneh , batinnya.      "Tidakkah kau lihat sebelum mengetuk?"      ....      "Ah, iya, maaf." Sang tamu hanya tersenyum kikuk. ~~~

LOVE in Ilmu Resep ~ 1

Gambar
Tiba-tiba saja melintas 'apa itu cinta'. Ah, ye. Katanya cinta bisa ada dimana-mana. So, let's we see!. Apa cinta itu punya obat? Atau justru cintalah yang menjadi obat? Ah, jika iya, tolong, katakan, obat apa dia? Apa cinta juga punya efek Terapeutik dan Protilaktif? Emmhh... bisa jadi! Bisakah cinta itu disebut ' Medicamentum ad Usum Internum dan  Medicamentum ad Usum Externum '? Apa cinta juga beretiket?Mungkinkah cinta beretiket putih atau biru? Ah, mungkin jika cinta beretiket dia akan beretiket pink. Wahaha...      Suatu saat nanti, di masa megamodern akan ada penemuan obat super. Treedeeng... " LOVE PANAFORALIS " ~Love Panaceafor All Ills~ *maaf, bahasa Inggrisnya ngaco*. Memiliki ciri serupa tapi beda dengan obat keras. Dan beginilah ciri-cirinya: Lingkaran bulat berwarna merah jambu dengan garis tepi hitam dan tanda love yang menyentuh garis tepi. Lalu, bagaimanakah dengan sumbernya? Mungkinkah cinta bersumber dari flora, fau

Rasa itu Bernama....

Gambar
Karya: St. Rahmah Syam sumber gambar Kau terlalu menjunjung tinggi sebuah rasa bernama kesetiaan Bersampul penantian Mengalungkan harapan dalam sebuah penghianatan Tak jua menoleh ke timur sana Pun di balik cakrawala barat Ada secerca cahya yang 'kan mengikis kalbu Sebuah kobaran tak berwujud Yang 'kan membakar sayatan luka di hatimu Tidakkah kau mampu memutar ulang kenyataan? Bahwa apa yang kau pandang adalah semu Hanya ada di dalam angan  Sebuah impian bertajuk abstrak Lenyap oleh gemuruh petir dan hening malam Tertelan badai kesunyian  Beranjaklah menanti Sebelum waktu beranjak bersahabat denganmu...   ~Guratan di sela jemuran, Kepada kawan yang masih enggan beranjak

Kemerdekaan Tinggallah Nama

Gambar
Karya: St. Rahmah Syam sumber gambar Mungkinkah hujan malam tadi? Di balik embun yang kian menyapa Bersama fajar yang bersatu-padu Ada peluh dan simfoni perjuanganmu Ada kobaran semangatmu Serbu.... Merdeka atau mati Meski meriam kian menghujam Peluru-peluru tak kalah jua Dengan segenap kasih dan cinta bangsamu Kau satukan bambu runcingmu Membela negara ini Melawan Kebiadaban para penjajah Dalam kenangan bumi pertiwi Terselip rindu dan bingkisan haru Kau korbankan nyawa dan keringatmu Kau relakan senyum dan kebahagiaanmu Demi negeri tercinta ini Teruntuk Indonesia merdeka Kini, liriklah negeri yang kau agungkan Batinnya tercekik, rakyatnya mengemis Indonesia menangis, mengharu biru Terbelenggu oleh jeruji korupsi Kebebasan kembali terjajah Kemerdekaan tinggallah nama