Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Dibuang Sayang~ Part 2

Musim Panen Sepanjang perjalanan diiringi padi yang menguning, tumpukan karung gabah, dan petakan terpal di depan rumah penduduk. Diawasi kanak-kanak dengan sebatang kayu di tangan. Tak lupa dikibarkan kantong plastik di bagian ujungnya, siap untuk mengusir burung yang hendak mematuk, namun lebih sering mengusir ayam yang berdatangan.  Nenekku, seorang petani yang menggarap sawah orang lain. Dan tentu saja masa kecilku juga pernah seperti itu. Dengan alibi menjaga gabah, padahal malah asik main sendiri di bawah pohon, meletakkan kayu pengusir ayam, dan baru beranjak ketika kulihat nenek atau mama keluar mengecek. Setelahnya, gabah-gabah yang dijemur itu akan diolah menjadi beras. Ini bagian yang paling kusukai. Karena di kampungku nyaris tak ada pabrik keliling, maka gabah sekarung dua karung akan dibawa ke pabrik gabah yang tempatnya di ujung kota. Kau harus mendengar suara mesinnya yang nyaring berisik. Melihat bangunannya yang gelap, luas, dan bertingkat papan. Menurutk

Dibuang Sayang~ Part 1

Entahlah, sejauh ini aku lebih dominan menjadi pengamat. Kiri kananku kosong, mungkin telah maju ke barisan paling depan memberi semangat. Sejauh ini, hanya jika pertandingan akan dimulai barulah aku berdiri, bersorak secukupnya mungkin sebab pagi tadi hanya sarapan segelas energen coklat dan dua potong roti. *Tidak ada keterangan tempatnya **Tapi agaknya ini waktu Ramah Tama Maba Poltekkes 2016 ***18 Agustus 2016

Dibuang Sayang~

Di ponselku, ada banyak sekali catatan rupanya. Karena RAM yang sudah membludak isinya, maka kutampung saja rupa-rupa kata itu di sini. Esok lusa kalau kau membaca blog ini,  barangkali kau akan menemukan dirimu di dalamnya. Iya, kamu. Tapi itu barangkali. *Maros, 01 September 2017

Kak Iis

Nyanyian tak lagi merdu.  Puisi tak lagi menyentuh kalbu.  Kau telah membawa pergi separuh jiwaku.  (Siti Marliah - Mamanya Kak Iis)  * Aku tak pernah menyangka jika doa-doa untukmu akan berubah bentuknya secepat ini, sedang aku sibuk dengan segala penyesalanku. Yah, penyesalan. Sampai detik sebelum aku menyelesaikan catatan panjang ini, aku menyesali begitu banyak hal tentang kita. Lebih tepatnya, tentang waktu yang kusia-siakan.  Allah mempertemukan orang sebaik dirimu dengan aku, si anak sulung yang sejak lama ingin punya kakak. Allah mempertemukan orang sesabar dirimu dengan aku, si tidak sabar dan pengeluh ulung. Allah mempertemukan orang sepandai dirimu dengan aku, si awam ilmu yang selalu sok pintar. Allah mempertemukan penulis seperti dirimu dengan aku, si penampung karya di bawah kasur. Allah sangat baik, sehingga aku dipertemukan dengan perempuan yang perangainya menyerupai bidadari di mataku.  Kak Iis, begitulah kunamakan catatan panjang ini. Seperti k