Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

Selamat Jalan, Pak Arham :'(

Perasaan tidak memiliki barometer, atau neraca untuk menimbangnya dan disimpulkan: lebih besar, lebih banyak, lebih sedikit, lebih dalam, dari apa/sesiapa. (AIM)   *** Allahummagfirlahu warhahmu wa ‘afihi wa’fu ‘anhu. :'(    Rasanya masih tidak percaya dengan berita duka yang menghampiri. Tadi pagi, masih kubalas salamnya, kulihat senyum tulusnya, kusalim tangannya. Siapa sangka itu salam terakhir yang kudengar darinya. Siapa sangka itu terakhir kali kulihat senyumnya, indah, ceraaah sekali. Dan suatu kesyukuran masih sempat diberi kesempatan untuk menjabat tangannya, memohon maaf pada beliau.  "Minal Aidin, Pak" Lantas beliau sambung, "Wal Faidzin" Yaa Allah, pagi tadi beliau baik-baik saja. Banyak yang kehilangan, dan merasa kehilangan atas panggilan-Mu padanya, Yaa Allah. Pun saya, entah pada mereka yang kehilangan atau sekadar merasa kehilangan.  "Saya mau kasih tahu, jadi kalian ini harus ambil tahu..

Semoga kita...

Berbahagialah mereka yang menjalani harinya tanpa dihantui rasa bersalah, bayang-bayang antagonis, dan dilukai ingatan. :) *moving on: failed >.< *draftku :') Maros, 24 Juli 2015

Pengen teriak aja

Draaaaaaaaffffkuuuuu hiiiiiiiLaaaangggg Udah, segitu aja teriaknya. Pengen nangis :'(

Kado tanpa Sampul, bede

Gambar
Hey, Amma-cam, nda ada pembungkus kado kudapat... kukirim begini saja nah. Selamat Ulang Tahun, Am. Dicari sama Keongky tuh... "Maknailah kesederhanaan  dan berbahagialah dengan sederhana!"   * Setahun yang lalu, kutulis ini untukmu "Selamat Ulang Tahun Kembarannya Alyssa Soebandono" . [ aduh, baru awal kata ini, panasmi kurasa pipiku, hahaha ] Alhamdulillah, kita masih dipertemukan lagi, masih diberi kesempatan untuk merayakan dengan syahdu perihal umur yang berkurang satu-satu. [ Syukur Alhamdulillah :)] Doa akan selalu tetap sama. Harapan terus bermutasi dan berkembang. Semakin Amma tua *eh dewasa aja deh, kebahagiaan semakin berubah bentuknya. Inget gak waktu kecil, main hujan-hujanan sudah menjadi kebahagiaan terbesar apalagi kalau pulang ke rumah udah disiapin teh hangat plus pisang goreng. Huuuhh mantappp... [Hahaha, waktu kecil saya mana boleh main hujan-hujanan, maklum, anak mami, belum ada saingan. Yang ada pulang b

Selamat Ulang Tahun, Rahmah ^_^

Kau aamiinkan segala do'a untukku. Kuaamiinkan segala do'a kebaikan untukmu, Rahmah. Karena kamu, adalah AKU. Oke, terlepas dari segala do'a yang ditujukan untukku, ini kupersembahkan untukmu, Rahmah. Tapi sebelum ocehan ini semakin panjang kali lebar, kamu harus mengaku dulu, kalau kamu cemburu sebab lebih banyak ucapan yang ditujukan untukku dari pada kamu. :P Hey, usiamu genap 17 kan? Yang kutahu, bagimu perputaran waktu selama setahun adalah pintu keluar-masuk, gerbang kedatangan-keberangkatan. Tapi, Rahm, usia 17 itu bukannya angka yang orang sebut-sebut sebagai angka manis ya? Iya, ituloh, yang sweet seventeen bla bla bla... Kamu bilang, kamu suka dengan angka 17, meski yang paling kau impikan di usia manismu tidak lebih dari sekadar punya katepe guna menjadi warga negara yang baik pula berguna bagi nusa, bangsa dan negara, hahaha... Tapi, Rahmah, kamu mungkin lupa, aku ada dalam dirimu. Diam-diam selalu mencuri dengar bisik hatimu hohoho...  Kamu s

Kau Tahu, Kak?

Untuk Kakak, dengan kado yang serupa :) Kau tahu, Kak, membaca kisahmu seakan menahan napas semenit, dipaksa berenang, lalu akhirnya tenggelam. Kak, tadi kusempatkan bertandang ke rumahmu, tentu saja masih dalam mode silent reader . Ini kedatangan ke dua kalinya, setelah sebelumnya aku tersesat, karena kurang kerjaan. Dua kisah layaknya dua sisi koin, takkan pernah bertemu walau sebenarnya menyatu. Iya, Kak. Ituloh, ada dua pigura baru yang terpajang sejak kunjungan  pertamaku. Kau tahu, Kak, membaca kisahmu membuatku takut. Takut. Yang kau bilang itu, Kak, entah mengapa menjadi bayang yang menghantui pikiranku. Aku, takut. Jika pada suatu masa nanti seperti itu pula. Tapi, Kak, aku terlalu pecundang untuk menyapamu, bercerita tentang ketakutan yang memeluk. Bahkan meninggalkan secuil jejakpun jemariku tak berani sama sekali. Padahal, kau.... ah, sudahlah. Membuat pembelaan untuk diriku terhadapmu pun, aku tak berani. See , benar-benar pengecut bukan? Oh ya, Kak, semoga ketika