Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Benarkah?

Apa yang patah berkeping-keping akan disatukan kembali oleh waktu. - AIM -  Benarkah?  Maka biarkan waktu yang menjawab.  

Kembali

Kau tahu, aku memang perlu tempat bersandar. Tapi aku jauh lebih membutuhkan waktu untuk bersujud, menyuarakan keluh kesahku,lalu memohon pertolongan.-Am- Maros, 05 Maret 2015

Hei, Am!

H ei, Am! Sampai kapan kau akan menjadi pemusnah rasa dalam dadamu? Kau tahu, aku membencimu ketika kau biarkan aku terpuruk sendiri, menahan gemuruh yang jelas kau rasakan tapi dengan sombongnya kau palingkan wajahmu! Hei, Am! Jangan sekali-kali melupakan bahwa ada sesuatu yang perlu kau suarakan, di sini! Meski kau berlagak setegar itu, tetap sajakan, sakit yang kau rasa. Jadi, berhentilah!  Sekalipun kuungkapkan gelegar rasa yang bergejolak ini, tidak akan ada yang berubah. Aku tetap menjadi aku. Kau tahu, mencurahkan isi hati yang sedang bergemuruh itu mungkin mudah, tapi menahan bening yang  kian deras menerobos pertahanan itu sungguh sulit. Kau tahu itu. Tapi, berdiri di titik ego akan menjadi bumerang bagimu. Kau butuh pelampiasan. Kau butuh didengarkan.Kau butuh sandaran. Apa susahnya membagi gundahmu pada mereka yang ada di sekelilingmu? Kau pikir kau boneka yang tak bisa menangis? Kau pikir kau robot yang tak kenal lelah? Hei Am! Menangis itu manusiawi.

Menjelma Pemusnah

 Jangan memberi diam pada katakata yang hidup di kepalamu dan menghempaskannya setelah kau kumpul jadi satu.  Diam yang panjang serupa pedang, dia bisa mengiris  hati yang rapuh, belum cukupkah mata menumpah tangis?  -AIM-  Ya, jangan pernah sekali-kali. Karena melisankannya adalah obat mujarab yang dapat menenangkan jiwa. Tapi aku berali-kali bertanya pada hatiku sendiri. Apa jadinya jika aku tak tinggal diam tapi kekata itu kuputarbalikkan. Mengabai fakta yang terpendam. Lalu menjadi antagonis!  Ya, apa gunanya melisankan jika yang terlontar tidak sesuai dengan apa yang ada di kepala dan hatiku? Apa gunanya melisankan jika bukan kesembuhan dan kelegaan yang didapatkan? Apa gunanya melisankan jika hati kecil mengingkari kekata itu? Apa gunanya melisankan jika yang tercipta hanya dusta semata? Apa gunanya melisankan jika harus menjelma tokoh antagonis dalam batin sendiri? Bukankah itu sama saja mengasah dan menusuk diri sendiri dengan sejuta semb

Dear-Dear-an

Dear Mama dan Bapak... Terima kasih atas segalanya. Maaf, Amma kembali mengecewakan.  :') Dear Alifku... Terima kasih sudah merahasiakan tangisku dari siapapun, dek. Terima kasih atas segala ocehanmu ketika kakak lagi-lagi terlambat pulang. Nanti kita beli es krim lagi, yah :) Dear, Lia... Haruskah kuucapkan terima kasih pula? Atas segala perjuangan kita bersama, tentang Ripnas, Smention, dan tentu saja Nugget Sikaporo kita. Terima Kasih :) Perjalanan kita masih panjang untuk menuju kesuksesan. Go Ahead! Action and Do It! Say goodbye to delay virus! We are young, we are success! ^_^ Oh iya, tantemu masih marahkah? :( Dear Ma'am Andi Terima kasih atas bimbingan ma'am selama pembuatan nugget sikaporonya. Atas pintu rumah ma'am yang selalu terbuka lebar, atas segala saran dan bentuk perhatian ma'am. Atas canda tawa bersama adik-adik. :) Dear Bu Nurma... Terima kasih atas pengorbanan ta' demi meredam rasa kecewa yang bercokol di dadaku. :) Dear Pak A