Hati Bola dan Bola Hati



Aku tak pernah tahu apa yang telah menggerakkan hatiku untuk selalu menaruh minat di setiap laga sepak bola yang di dalamnya terdapat orang-orang pilihan, orang-orang terpilih dari bilik Indonesia. Aku bukanlah seorang fanatik si bulat itu. Bukan penggemar MU, Chelsea, Barcelona, atau apapun itu. 

Pula aku bukanlah seorang yang mencinta dunia olahraga. Tapi sepertiya hatiku memang sudah terpaut dengan Timnas Indonesia. Seperti yang berlangsung beberapa waktu lalu. 

Ah, aku menyesal tak menyaksikannya sejak babak awal. Tapi beruntung, dari depan layar tivi, aku masih bisa menyaksikan gol indah penuh perjuangan. Ya, setidaknya satu gol itu meneduhkan hati yang merutuk saat menyaksikan Indonesia vs. Thailand, kemarin. 

Aku bukanlah orang yang mencinta dunia olahraga. Ya, tadi sudah kukatakan. Tapi hatiku bersorak sorai tiap menyaksikan mereka yang dengan bangga dan penuh perjuangan mempertaruhkan nama Indonesia. Mereka berjuang. Ingat itu! Kita memang tidak lagi berpijak pada masa Napoleon ataupun Romusha. Ini adalah masa dimana kita melawan hati kita sendiri. Mengapa begitu? Karena sejatinya, perjuangan masa lampau para pahlawan yang berbuah kemerdekaan itu telah terkikis di hati kita. Satu per satu mulai berpaling, beralih memburamkan rasa yang bercokol di dalam dada. Nasionalisme. 

Salahkan aku yang terlalu hanyut dalam pelajaran sejarah Indonesia. Tapi, dari sudut pandangku, pastilah ada di antara kita yang merutuk habis-habisan, mencemooh tiada terkira. Mereka beginilah, mereka begitulah. Bahkan mungkin berpikir tak ada yang patut dibanggakan. Terlebih memang dalam dua pertandingan melawan negara tetangga, Thailand dan Korea Utara, kita menuai kekalahan. Ya, akupun menyadari itu. Hanya ssaja, ada satu hal yang mungkin terabai, yakni mereka telah berjuang hidup-hidupan (bukan mati-matian, karena mereka jelas bertaruh dalam deru napas yang memburu), menguras tenaga hingga terdasarnya,  menukar keringatnya demi mendengar sorak-sorai dukungan kita. 

Tak ada yang dapat kita lakukan selain menaruh harap, menjerit tertahan, lalu mendesah kecewa ketika gawang kita terbobol lagi. Terlebih jika hanya menatap dari layar tivi 21 inchi, ditambah lagi harus menjaga suara agar tak ada yang terganggu, dan yang lebih parah, tak ada satupun orang di rumah yang sejurus dengan kita. Menonton pertandingan itu. Bagi Mama, adalah sebuah penyimpangan bila anak perempuan menonton laga bola. Bagi Bapak, yang meski kadang ikut pula menonton, tapi ia tetap memilih duduk bersisian dengan Mama, membahas apa saja sambil sesekali tertawa lepas. Bagi Alif, adikku, hatinya lebih jauh tertancap pada game-game yang bertengger di tabletnya. Dan bagiku, adalah sebuah kebanggaan dapat melihat semangat mereka berlari ke sana ke mari. Berjuang demi Indonesia. Biar saja Mama dan Bapak menatapku heran, biar saja Alif menggerutu karena suara tertahanku mengusik ketenangannya dengan game-game itu. 

Siapa peduli.

Bahkan semangatku semakin terbakar setelah si bulat itu berhasil meloloskan diri di gawang Korea Utara. Namun kita masih tertinggal jauh. 3-1 untuk Indonesia. Pada titik inilah penyesalan tak menonton sejak babak awal memudar perlahan. Setidaknya aku tak harus menelan pil pahit,lagi. Seperti kemarin saat berhadapan dengan Thailand. 

"Biar heboh sendiri, yang penting gooooollll dong. U-23, keep spirit!! Love you <3"

 Setidaknya itu yang kukatakan dalam status akun BBMku. Di sini, saya belum tahu Korea apa yang tengah bertanding dengan Indonesia. Yang jelas aku cukup puas dengan spirit pemain Timnas. Lebih terarah dari hari kemarin. Dan semakin sumringah ketika mengetahui bahwa Korea Utara-lah yang menjadi lawan.

"Sesuka-sukanya saya sama Korea, Indonesia tetap di hati <3. Do The best U-23"

Aku kembali berkoar di akun BBM, sebelum menyadari ada celah dimana aku dilanda bimbang *cieeee*  Eh, ini yang main U-23 atau U-19. Hahaha, lupakan saja. Setidaknya kemarin di pertandingan dengan Thailand yang bertarung adalah Timnas U-23. Masih serius menatap tivi, menekan kehebohan meski tinggal aku sendiri di depan tivi. Lalu ketegangan kembali memeluk. Entah siapa, seorang KoRut menerobos dua pemain Timnas, bermain ala-ala kaptain Tsubasa, *eh, apa iya* lalu sang Kiper Timnas -entah siapa namanya- terkecoh dan....... gol! :( 

"Argh.... Biiih.... Awweh.... Aish.... Porena cak" 

Dan keluarlah kata-kata mutiara yang sejak tadi tertahan di tenggorokan. Semangat yang membara itu mendadak redup. Baiklah, masih ada waktu untuk mengejar ketertinggalan kita. 4-1. Kali ini meski masih penuh harap, aku mulai banyak gerak di atas kursi santai. Padahal tadi, sekedar menengok saja tidak mau :D

"So, I must say WOW like that?"

Aku berkicau lagi di akun BBM. Baiklah, itu memang tidak sepenuhnya tertuju pada pertandingan di Incheon sana. Lebih tertuju pada sudut hati yang menggoyahkan fokusku hanya untuk berkata, "Mereka Gol Lagi" Ck, kenapa sekarang aku berpikir bahwa tadi itu aku tengah merasakan perang batin antara bersiap menerima kekalahan dan optimisme yang membara, mengharap skor masih bisa terkejar.

Setelahnya, aku kembali tak mengacuhkan ponselku. Mengumpulkan keberanian untuk menatap layar tivi dengan semangat yang susah payah kutata agar seperti sejak awal kutonton di babak kedua. Terlebih ketika angka penunjuk waktu luput dari perhatianku. Menit ke sembilan puluh yang sedari tadi menanti untuk dijemput, kini menyambut dengan iringan senyum kepuasan Korea Utara. Ah....., tidaaaaakkk.... Aku memejam, sejenak. Lalu ketika kucoba untuk menatap lagi, ternyata ada penambahan waktu. Walau hanya tiga menit. Ah....., senangnya...... *baiklah, ini terlalu mendramatisir* 

Dan tentulah kalian bisa menebak apa yang terjadi saat itu. Ya, Indonesia menang!!! Mereka berhasil melampau skor yang telah dipahat oleh Korea Utara hanya dalam waktu tiga menit. TIGA MENIT!!! How Amazing! Meski menang tipis dengan skor 4-5 tapi hal itu benar-benar melegakan seluruh pendukung setia TIMNAS Indonesia. Lagu Garuda di Dadaku dilantunkan dengan penuh kebanggaan. Pemain TIMNAS yang entah U-23 apa U-19 itu, mampu menghapus sisa-sisa kekecewaan yang berbekas setelah melawan Thailand kemarin. Pula aku yang tersenyum bangga. Bersorak, "Yeeee!!!!" membuat Alif dan Bapak kepo, lalu ikut bersorak.


Tapi sayangnya. Sayang seribu sayang, hal itu hanya ada dalam anganku, dan mungkin kalian juga. 

"Finally, you win. Congrats (y)({}) But Indonesia Keep In my Heart :) <3 *emot bunga mawar*"

Dan jemariku kembali menari di atas layar datar ponselku.

***

Di Jum'at malam setelah menonton Timnas Indonesia vs. Korea Utara
(26 September 2014, 22:20)












Komentar

What them read?

Ciee Kak Iis Sweet Seventeen Ciee :P

Dear Lhy-yha^^

Ada yang Lebih Daebak dari KMH ^_^

Masih Tentang Perempuan