Hadirmu adalah Kado Terindah, Dek :)



Terhitung lima tahun yang lalu, adalah sebuah kado terindah yang Allah berkahkan atas kehadiranmu dalam kehidupan ini.


Dek, Kau tahu, sebelum kabarmu dalam rahim Mama, selalu saja hati ini bergumam, punya saudara itu bagaimana rasanya, ya? bahkan kerap juga melisankannya pada Mama ditambah bumbu rasa keirihatian terhadap kawan yang punya adik-kakak dan bisa diajak bermain pula berantem. 
Dek, Kau tahu, bahagia yang meluap membelenggu hatiku di Jum'at malam kala kau menangis tertahan untuk yang pertama kalinya. Suaramu serak, tertahan. Ada lendir yang bertengger di leher mungilmu. Kau tersedak air ketuban, setidaknya itu yang Bu Bidan katakan. 

Air ketuban sudah pecah. Lantas kau tak kunjung keluar.
Seindah apakah kiranya dalam rahim Mama hingga kau betah berlama-lama di sana setelah sembilan bulan, hum? 

 *Kata Mama, satu muka ji bede diduai, Hahaha* (yang manakah saya?)

Hadirmu adalah pengukir warna baru dalam hidupku. Lebih berwarna. Jauh bermakna. Meski setelah hadirmu, kakak tak tidur bersama Mama lagi. Kakak jadi malas tinggal melaksanakan piket sepulang sekolah hanya karena ingin cepat bertemu denganmu, pula kakak yang pada dasarnya sering telat ke sekolah, makin telat karena ingin berlama-lama denganmu. Hehehe.... Dek, Kau tahu, dahulu, di Ramadhan beberapa hari setelah kelahiranmu, selalu kusenandungkan shalawat sembari menanti buka puasa. Mencilukbamu, meski tak ada respon yang kau berikan. Jelas saja, waktu itu katanya kau belum bisa melihat. Benarkah?

Ssstttt...., Dek, jangan marah, ya. Kakak mau buat suatu pengakuan. Waktu itu, lebih setahun usiamu. Belum lama kita tinggal di Maros. Mama bertitah agar menjagamu selama ia ke pasar diantar Bapak. Dengan siap tentulah kakak mengangguk. Lalu, suatu kelalaian karena menjatuhkanmu dari balai-balai milik tetangga. Bukan, kau jatuh sendiri, tapi jelaslah karena kelalaian kakak. Bibirmu berdarah, bercampur butir pasir. Kau menangis tentu. Kakak panik bukan main. Dan tentulah mendapat hadiah geraman dari Mama dan Bapak, bahkan cubitan di paha. Sampai saat ini, kakak jelas selalu teringat peristiwa itu. Maaf, ya. Jika suatu saat kau membaca tulisan ini, kakak berharap kau tak akan marah terhadapku.

*edisi ustad cilik*

Dek, Kau tahu, adalah bunga-bunga yang melingkupi hatiku kala celotehmu dahulu menggema di seluruh penjuru rumah kontrakan kita. Selain kata Mama, Bapak, dan Kakak yang dengan lincah kau ucapkan, cicak juga salah satu dari bagian celoteh siang malammu. Kau tahu, dek, dahulu kau lebih cepat berbicara daripada berjalan. Bahkan di usiamu yang menginjak tiga tahun kau sudah bisa dengan lancar berceloteh dan bercerita. Kau bahkan dapat melisankan huruf 'R' lebih cepat dari teman sebayamu. Sayangnya, sampai sekarang kau belum bisa melafalkan kata 'April' dengan benar. Ingat, 'April' bukan 'Aplir' Hahaha....

Dek, Kau tahu, darimu aku seakan menengok diri di masa kecil. Perhatian, kasih sayang, dan segala cinta yang Mama dan Bapak berikan untukmu. Bahkan sikap over protectif mereka yang kini juga kerap kakak lakukan terhadapmu. Yah, sekarang kakak tahu bagaimana khawatirnya Mama saat kita tidak berada di dekatnya. Hal seperti itupun kakak rasa saat tak dapat memantaumu. Tentulah Mama lebih besar lagi. 

Ketahuilah, Dek. Saat Mama, Bapak, dan Kakak bertingkah berlebih seperti itu, sesungguhnya itu adalah bentuk kasih cinta kami. Mama tentu tak mau kejadian buruk di masa kecil kakak terulang lagi kepadamu. 
Kau tahu, dahulu kakak pernah jatuh bersama kereta dari teras rumah panggung nenek. Ah, masa itu belum genap setahun umur kakak, tentulah kuketahui dari cerita Mama dan Tante yang saat itu bertugas menjagaku. Kakak juga pernah terjun bebas ke dalam sumur di depan rumah nenek. Tak heran Mama selalu melarangmu ke tempat itu. Kalau itu kakak ingat, tapi tak usahlah diungkit dalam cerita ini. Hihi, nanti kakak ceritakan secara pribadi padamu. Hehehe.... Pernah pula pingsan di dekat sumur itu. Ah, yang itu kakak kurang ingat, namanya saja pingsan, ya jelaslah yang diingat hanya kejadian sebelum dan sesudahnya.
Oh iya, satu lagi. Yang paling parah dan membekas sampai saat ini adalah ketika itu ikan bandeng goreng buatan Mama adalah favoritku. Masa itu, kakak kelas satu SD. Saking bersemangatnya, selepas cuci tangan di sumur depan rumah itu, kakak tak ingat lagi untuk mengelap kaki yang basah, bekas percikan air di sumur. Alhasil, karena kaki basah itulah kakak terpeleset. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Mungkin seperti itulah, dek. Naasnya, telapak tangan kiri kakak tertancap di kaca lemari yang pecah. Lupakan perihal ikan bandeng. Yang ada ialah darah yang bercucuran, lalu menyisakan luka dan sesal yang mungkin kan menjejak hingga waktuku habis. 

Ah, kakak terlalu banyak bercerita hingga mungkin kau tak paham. Tenanglah, Dek. Jika nanti kau membaca tulisan ini lagi, kau mungkin akan mengerti. Karena itu, kakak tak mau. Sama sekali tak mau jika kau mencicip kejadian seperti itu. Cukup kakak saja. Hey, kau ingat bukan, belum lama ini kau berlarian, tersandung, lalu membentur meja. Sekitar hidungmu berdarah karena terkena goresan kaca meja. Andai kau tahu, Dek. Sepulangnya kakak dari sekolah, Mama menangis sembari menceritakannya. Ia tak ingin anaknya untuk yang kedua kali terluka lagi. Gara-gara kaca!


 
Dek, hadirmu adalah kado terindah. Kau tahu, di balik geram dan amarah kakak saat kau merecoki tugas yang susah payah kubuat, ada sayang dan cinta yang bersembunyi. Supaya kau mampu menghargai usaha seseorang. Sekarang kau sudah bersekolah, bukan? Bersekolah itu asyikkan? Bernyanyi, punya banyak teman, ada banyak mainan, bertemu Bu Guru. Seru kaaan? Semoga keseruan dan keasyikan bersekolah yang tertanam dalam dirimu tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. 

Dek, di Lima tahun kau menjadi orang yang paling kusayangi setelah Mama dan Bapak, Kakak minta maaf, belum bisa jadi kakak yang baik untuk Alif. Kakak yang sering ngomel dan bikin Alif kesal. Tetaplah menjadi Alifku yang pandai. Yang meski sering mendapat marah dari kakak tapi tetap mau menjadi temanku, mencoba merayu ketika kakak menangis. Tetaplah menjadi Alifku yang cerewet tapi tidak pada saat belajar, okey?! Tetaplah menjadi Alifku yang lucu, imut, dan segala tingkah kekanakanmu, segala pemikiranmu yang polos dan rasional, (meski tak jarang sangat amat irrasional) hehehe....Tetaplah menjadi Alifku yang memanggilku 'Kakak Amma Sayaaangggg....'

Barakallahu Fii Umrik, Dek.

Teruntuk adikku sayang,
Alif Ramadhan Syam 
*Peluk Cium dan Umma*





LOVE YOU


 ^^Kakak Amma^^






Komentar

What them read?

Ciee Kak Iis Sweet Seventeen Ciee :P

Dear Lhy-yha^^

Ada yang Lebih Daebak dari KMH ^_^

Masih Tentang Perempuan