Mari mengenang :)

Ujian semester 2 di kelas X tahun ini, alhamdulillah, telah usai. Sekarang tinggal berdo'a dengan penuh harap, semoga nilai semester ini lebih tinggi dari semester kemarin. Aamiin, Allahumma Aamiin...


     2 semester.... itu berarti 12 bulan yang lalu seragam putih biru itu masih meraja, bertahta. Penuh suka cita, penuh canda tawa, penuh kontroversi anak SMP, remaja labil yang menganggap dirinya sudah dewasa, mengerti akan arti kebersamaan, makna persahabatan. Tapi waktu tetap yang berkuasa, berjalan, berputar, membolak-balikkan keadaan.

Putih biru tua, lalala....

     12 bulan yang lalu, seragam putih biru itu semangatku, andalangku, kebanggaan bahwa diri ini bukan lagi putih merah, bocah dengan rok di bawah lutut dan lengan baju putih pendek, tak lupa dasi dan topi merah kebesaran, pelambang lautan semut di setiap upacara bendera. Masa-masa itu, masa ceria, tak kenal khilaf, ingin menang sendiri. Putih Merah itu, masa-masa mengukir kisah di kota kelahiran, Parepare. Petak umpet di sela-sela jam istirahat yang kita sebut 'keluar main', kejar-kejaran, (read:malle'ba'), baku bombe'-bombe', belajar malam di sekolah, dilanjutkan kuis dan games dari wali kelas masa itu, Pak Ahyadin. 6 Tahun di SDN. 24 Parepare, berbagai kronologis ala anak SD mulai dari yang fine-fine aja,  sampai yang superduper irrasional banget,  seperti mencoba memanggil jalangkung dengan pensil kayu yang ada boneka di atasnya -_-".

anak SD, muka-muka kasian kasi'na -_-"


    12 bulan lalu, putih biru. seragam pramuka, ah, kala itu, aku merindunya. Kebersamaan dengan kawan-kawan, para sahabat, Pelangi Sesat. Spansa-Spantur, Ibu guru, Bapak Guru, lapangan upacara, ansambel, dance abstrak, porseni, dan keseruan di kelas yang menggila, masa-masa kelas tiga es-em-pe itu, mengapa baru kala itu magnet persahabatan kita menguat? Mengapa tidak sejak awal kita bertemu? Tujuh-satu, Delapan-satu. Kenapa? Di saat waktu tak memberi banyak kesempatan lagi dalam kebersamaan kita, kala perpisahan berada di depan mata, mengapa baru saat itu kita menyadarinya, huh? Tapi menyadari dan menikmati kebersamaan di Sembilan-Satu lebih baik dari pada kita melewatkan dan tidak menyadarinya sama sekali.

     Dan sekarang baru kusadari, bahwa Tujuh satu dan Delapan satu itu adalah proses kebersamaan kita, proses yang menyadarkan kita tentang arti pengaitan jari kelingking. Sebuah metamorfosa yang mengubah caci-maki, cibiran, atau bahkan yang lebih parah lagi menjadi sebuah tali persahabatan, yang kurasa sekarang ini sedang di ujung tanduk. Tali itu merapuh, kawan. Pelangi itu memudar, berpendar-berpencar, mencari sejatinya. Pelangi itu.... aku merindunya. Menanti saat canda tawa kesemua member Pelangi Sesat menyatu dalam dekap kebersamaan, dalam lantunan lagu-lagu andalang kita. Dalam proyek-proyek besar kita, pembuatan video, perancangan baju persatuan, Jum'at bersih, nonton bareng, penataan kelas hingga sedemikian rupa, ingin menjadi yang terbaik, yah walau akhirnya sebagian guru berkata kelas kita mirip kelas anak Tk, tapi bukan Pelangi Sesat namanya kalau mudah surut semangat. Maka pendapat-pendapat guru itu kita rampung, cerna, dan kita angga itu pujian, sebab tingkat kenarsisan dan kelebay-an kita masa itu tiada tertandingi. 




     

     Pe-La-Ngi Se-Sat, meski dengan sejuta konflik yang tiada berujung, justru itulah yang membuatku semakin rindu. Perbedatan, mo'jo'-mo'jo'kan, perbombetan, saling menuduh dan mengiri satu sama lain, gerutuan-gerutuan kita, kesalahpahaman, arrgghhh..... aku-kangen-masa-itu, titik! Bisakah waktu berbaik hati untuk mempertemukan kita dalam atmosfer yang sama? Tanpa kecanggungan, tanpa kekakuan, tanpa masa putih abu-abu yang mengacau, bisakah? Andai waktu dapat direplay macam video-video kebersamaan kita. 
     
     Kawans, bukankah di antara kita banyak yang mengidolakaan Doraemon? Bisakah kalian meminjam mesin waktunya sekejap saja? Rasanya baru kemarin kita menghabiskan jam istirahat dengan memakan bekal masing-masing, menghabiskan jam pelajaran matematika dengan kehiruk-pikukkan kita, saling berlomba menyelesaikan soal perpangkatan akar ini akar itu, belum lagi jeritan kita kala mendapat cubitan massal dari ibu Eda, hiyyyaaaaa..... kengen bingitzlah sama kalian.


 harap maklum pemirsa, hanya ada 8 orang laki-laki yang cantum dalam keluarga besar Pelangi Sasat, dan di situ hanya ada 5, yang 3 abstrak -_-"


        Dan Alhamdulillah, hukum setiap kejadian pasti ada hikmahnya masih berlaku. Selepas masa Putih Biru itu, sesampainya ijazah SMP dalam tangan masing-masing, kita berjalan sendiri-sendiri. Beberapa memang masih bersama, dalam naungan sekolah yang sama, bahkan atap kelas yang sama, tapi kawan, itu tak sesejuk masa kelas tiga SMP dulu. Masa Putih abu-abu pun menyambut, beriringan dengan intensitas kebersamaan dan tatap muka kita yang berkurang.  

        Kita punya mimpi yang berbeda, tentu. Ingin ini, ingin itu. Tapi setelah cita-cita ke es-em-a berbelok ke jenjang es-em-ka, rasanya seperti mimpi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, bahwa -aku- akan terjun ke dalam peluk-gelut dunia SMK Farmasi. That like a dream! Setelah mengalami dilema yang mendalam, terombang-ambing dalam pilihan-pilihan dengan beribu manfaat dan resiko, kebingungan dalam memilihpun melanda. And, now, here I am as student X Pharmacy at SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara :)

with all The Panaforalis :)
 

***

Komentar

What them read?

Ciee Kak Iis Sweet Seventeen Ciee :P

Dear Lhy-yha^^

Ada yang Lebih Daebak dari KMH ^_^

Masih Tentang Perempuan